Janin Manusia Bisa Hidup di Luar Angkasa? Ini Hasil Penelitiannya

Kamis, 02 November 2023 - 06:46 WIB
loading...
Janin Manusia Bisa Hidup di Luar Angkasa? Ini Hasil Penelitiannya
Para ilmuwan berhasil membuktikan embrio mamalia dapat berkembang di luar angkasa. (Foto: Britannica)
A A A
JAKARTA - Perlombaan menaklukkan luar angkasa agar bisa dihuni manusia semakin seru. Kabar terbaru, para ilmuwan dari Jepang telah berhasil menguji bahwa embrio mamalia dapat berkembang dengan baik di luar angkasa untuk pertama kalinya. Lalu bagaimana dengan janin manusia?

Para ilmuwan telah melakukan uji coba terhadap embrio tikus yang memiliki banyak kesamaan dengan manusia. Dengan menggunakan tikus, para peneliti menguji bagaimana manusia dapat bertahan dan mengelola siklus hidup dalam kondisi mikrogravitasi.

Dikutip dari Popular Mechanics, Kamis (2/11/2023), para peneliti mengambil embrio tikus pada tahap awal yang dibudidayakan dan mengembangkannya menjadi blastosit, sel-sel yang membentuk janin dan plasenta, selama berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Dari hasil uji coba ini, menunjukkan bahwa gravitasi tidak memiliki efek signifikan pada pembentukan blastosit dan diferensiasi awal embrio mamalia.

Pada tahun 2016, sekelompok peneliti dari China mengirim 6.000 embrio ke luar angkasa menggunakan satelit dan memastikan embrio tersebut telah mencapai tahap blastosit selama berada di orbit. Namun, upaya itu pada dasarnya hanya untuk memastikan bahwa embrio dapat tumbuh.



Sementara studi terbaru ini membawa hal-hal beberapa langkah lebih jauh untuk melihat apakah embrio tidak hanya berkembang, tetapi juga berkembang sebagaimana seharusnya. Para peneliti mencoba untuk mengetahui apakah mikrogravitasi menyebabkan masalah dan sejauh ini, tampaknya tidak ada.

Dengan mempertimbangkan apakah manusia dapat berkembang secara normal dalam skenario mikrogravitasi, tim menggunakan eksperimen ini untuk menyelidiki perkembangan embrio dalam ketiadaan gravitasi.

Teruhiko Wakayama, salah satu penulis studi tersebut, mengatakan penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah kehamilan manusia akan aman di luar angkasa. "Ada kemungkinan kehamilan selama perjalanan ke Mars di masa depan karena akan memakan waktu lebih dari enam bulan untuk mencapainya," katanya.

"Kami melakukan penelitian untuk memastikan bahwa kita akan dapat memiliki anak dengan aman jika saatnya tiba."

Karena astronaut yang tidak terlatih tidak dapat menangani embrio, para ilmuwan mengembangkan perangkat baru yang memungkinkan astronot untuk mencairkan dan membudidayakan di bawah mikrogravitasi selama empat hari, yaitu jangka waktu di mana embrio tikus dapat bertahan di luar rahim.



Setelah empat hari, embrio diawetkan dalam bahan kimia dan dikirim kembali ke Bumi. Setelah menganalisis blastosit di laboratorium setelah kembali ke Jepang, tim mengatakan tidak menemukan perubahan signifikan dalam DNA embrio.

Tingkat kelangsungan hidup embrio yang tumbuh di luar angkasa tidak secerah dari kelompok kontrol di Bumi, tetapi embrio yang dibudidayakan di bawah kondisi mikrogravitasi berkembang menjadi blastosit dengan jumlah sel dan profil ekspresi gen yang normal, seperti halnya dalam skenario kontrol di Bumi.

Bertumbuh dari embrio dua sel menjadi blastosit adalah hanya satu langkah dalam proses kompleks dari mengembangkan organisme baru dari awal, baik itu organisme berupa tikus atau manusia. Namun, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang reproduksi di luar angkasa, bahkan pada tikus.

Studi-studi sebelumnya mempertanyakan, apakah kurangnya gravitasi dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang lebih luas, perkembangan muskuloskeletal yang tidak normal, atau perkembangan vestibular yang terbatas.

Dalam sebuah pernyataan, menurut AFP, para peneliti Jepang mengatakan masih diperlukan langkah-langkah lebih lanjut untuk benar-benar memahami kelayakan untuk menghasilkan kehidupan baru di luar angkasa.
"Di masa depan akan perlu untuk mentransplantasikan blastosit yang telah dibudidayakan dalam mikrogravitasi ISS ke dalam tikus untuk melihat apakah tikus dapat melahirkan," tulisnya.

Hal itu akan menjadi ukuran apakah siklus embrio hingga blastosit tidak terhambat oleh mikrogravitasi atau tidak.
(msf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2986 seconds (0.1#10.140)