Ilmuwan Temukan Kelelawar dengan Mr P Jumbo, Berhubungan Seks hingga 12 Jam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ilmuwan menemukan kelelawar dengan penis berukuran jumbo dan memiliki perilaku kawin tak biasa. Kelelawar serotin (Eptesicus serotinus) bisa melakukan hubungan seks selama 12 jam.
Uniknya lagi, saking besarnya Mr P kelelawar Seratin hingga tidak muat di Miss V kelelawar betina. Alhasil, prosesi kawin satwa ini tanpa penetrasi. Hal ini adalah cara yang belum pernah terlihat pada mamalia sebelumnya.
Dilansir dari Live Science, Rabu (22/11/2023), mamalia biasanya kawin melalui hubungan seks penetrasi, tetapi hal itu tak berlaku untuk kelelawar serotin. Alih-alih memasukkan penis ke vagina betina, pejantan malah menggunakan alat kelaminnya yang terlalu besar untuk menyingkirkan selubung ekor pasangannya, sebelum menekan vulvanya hingga 12 jam. Perlaku ini terangkum dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada Senin 20 November di jurnal Current Biology.
"Kami telah mengamati kelelawar ini memiliki penis yang sangat panjang, dan kami selalu bertanya-tanya 'bagaimana cara kerjanya?'," kata Nicolas Fasel, peneliti pascadoktoral dan ahli biologi evolusi di Universitas Lausanne di Swiss.
Penis kelelawar serotin saat ereksi berukuran tujuh kali lebih panjang dan lebar dibandingkan lubang vagina betina. Hal ini membuat hubungan seks penetrasi pasca ereksi menjadi tidak mungkin dilakukan. “Kami pikir mungkin seperti pada anjing yang penisnya membesar setelah penetrasi sehingga terkunci bersama,” kata Fasel.
"Atau alternatifnya mungkin mereka tidak bisa memasukkannya ke dalam, tapi jenis persetubuhan seperti itu belum pernah dilaporkan terjadi pada mamalia sampai sekarang."
Fasel dan rekan-rekannya menganalisis rekaman dari kamera yang ditempatkan pada kisi-kisi yang bisa dipanjat oleh kelelawar, dan di mana alat kelamin hewan tersebut terlihat selama sanggama.
Mereka mencatat total 97 peristiwa kawin di loteng sebuah gereja Belanda dan di pusat rehabilitasi kelelawar di Ukraina. Tak satu pun sesi seks yang tampaknya melibatkan penetrasi.
Sebaliknya, rekaman tersebut menunjukkan pejantan memegang tengkuk betina dan menggerakkan panggul sampai penisnya mendorong kuat ke vulva pasangannya. Pejantan kemudian tetap diam dalam pelukan ini selama rata-rata 53 menit, dengan interaksi terlama berlangsung hampir 13 jam.
Para peneliti mencatat penis membesar sebelum bersentuhan dengan vulva, bahkan mengecualikan kemungkinan penetrasi sebelum ereksi, yang diketahui terjadi pada anjing. Tim juga mengukur dan mendeskripsikan penis kelelawar serotine hidup yang ereksi. Hewan-hewan ini mengalami ereksi di bawah pengaruh bius, sehingga para peneliti dapat mendokumentasikan pembengkakan berbentuk hati di ujung penis.
“Pembengkakan dihiasi dengan beberapa rambut pendek dan terdiri dari dua jaringan ereksi besar. Kami meyakini berfungsi sebagai sensor untuk membantu menemukan vulva,” tulis para peneliti.
Kelelawar serotin mungkin mengembangkan penis yang terlalu besar sehingga bisa menyingkirkan selaput yang menutupi alat kelamin betina. “Kelelawar menggunakan selaput ekornya untuk terbang dan menangkap serangga yang mereka makan, dan kelelawar betina juga menggunakannya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya dan melindungi diri dari kelelawar jantan,” kata Fasel. Tapi pejantan bisa menggunakan penis besar ini untuk melewati selaput ekor dan mencapai vulva.
Bulu di perut kelelawar betina juga terpantau basah setelah kawin, menandakan adanya air mani, namun masih diperlukan sampel untuk memastikan bahwa kelelawar jantan mengalami ejakulasi.
Perilaku ini adalah bukti pertama yang terdokumentasi mengenai hubungan seks non-penetratif, yang juga dikenal sebagai perkawinan kontak, pada mamalia. Namun, perilaku ini telah dijelaskan pada burung, dan melibatkan pejantan dan betina yang menekan lubang yang disebut kloaka untuk melakukan ciuman kloaka, yang menghasilkan transfer sperma .
Uniknya lagi, saking besarnya Mr P kelelawar Seratin hingga tidak muat di Miss V kelelawar betina. Alhasil, prosesi kawin satwa ini tanpa penetrasi. Hal ini adalah cara yang belum pernah terlihat pada mamalia sebelumnya.
Dilansir dari Live Science, Rabu (22/11/2023), mamalia biasanya kawin melalui hubungan seks penetrasi, tetapi hal itu tak berlaku untuk kelelawar serotin. Alih-alih memasukkan penis ke vagina betina, pejantan malah menggunakan alat kelaminnya yang terlalu besar untuk menyingkirkan selubung ekor pasangannya, sebelum menekan vulvanya hingga 12 jam. Perlaku ini terangkum dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada Senin 20 November di jurnal Current Biology.
"Kami telah mengamati kelelawar ini memiliki penis yang sangat panjang, dan kami selalu bertanya-tanya 'bagaimana cara kerjanya?'," kata Nicolas Fasel, peneliti pascadoktoral dan ahli biologi evolusi di Universitas Lausanne di Swiss.
Penis kelelawar serotin saat ereksi berukuran tujuh kali lebih panjang dan lebar dibandingkan lubang vagina betina. Hal ini membuat hubungan seks penetrasi pasca ereksi menjadi tidak mungkin dilakukan. “Kami pikir mungkin seperti pada anjing yang penisnya membesar setelah penetrasi sehingga terkunci bersama,” kata Fasel.
"Atau alternatifnya mungkin mereka tidak bisa memasukkannya ke dalam, tapi jenis persetubuhan seperti itu belum pernah dilaporkan terjadi pada mamalia sampai sekarang."
Fasel dan rekan-rekannya menganalisis rekaman dari kamera yang ditempatkan pada kisi-kisi yang bisa dipanjat oleh kelelawar, dan di mana alat kelamin hewan tersebut terlihat selama sanggama.
Mereka mencatat total 97 peristiwa kawin di loteng sebuah gereja Belanda dan di pusat rehabilitasi kelelawar di Ukraina. Tak satu pun sesi seks yang tampaknya melibatkan penetrasi.
Sebaliknya, rekaman tersebut menunjukkan pejantan memegang tengkuk betina dan menggerakkan panggul sampai penisnya mendorong kuat ke vulva pasangannya. Pejantan kemudian tetap diam dalam pelukan ini selama rata-rata 53 menit, dengan interaksi terlama berlangsung hampir 13 jam.
Para peneliti mencatat penis membesar sebelum bersentuhan dengan vulva, bahkan mengecualikan kemungkinan penetrasi sebelum ereksi, yang diketahui terjadi pada anjing. Tim juga mengukur dan mendeskripsikan penis kelelawar serotine hidup yang ereksi. Hewan-hewan ini mengalami ereksi di bawah pengaruh bius, sehingga para peneliti dapat mendokumentasikan pembengkakan berbentuk hati di ujung penis.
“Pembengkakan dihiasi dengan beberapa rambut pendek dan terdiri dari dua jaringan ereksi besar. Kami meyakini berfungsi sebagai sensor untuk membantu menemukan vulva,” tulis para peneliti.
Kelelawar serotin mungkin mengembangkan penis yang terlalu besar sehingga bisa menyingkirkan selaput yang menutupi alat kelamin betina. “Kelelawar menggunakan selaput ekornya untuk terbang dan menangkap serangga yang mereka makan, dan kelelawar betina juga menggunakannya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya dan melindungi diri dari kelelawar jantan,” kata Fasel. Tapi pejantan bisa menggunakan penis besar ini untuk melewati selaput ekor dan mencapai vulva.
Bulu di perut kelelawar betina juga terpantau basah setelah kawin, menandakan adanya air mani, namun masih diperlukan sampel untuk memastikan bahwa kelelawar jantan mengalami ejakulasi.
Perilaku ini adalah bukti pertama yang terdokumentasi mengenai hubungan seks non-penetratif, yang juga dikenal sebagai perkawinan kontak, pada mamalia. Namun, perilaku ini telah dijelaskan pada burung, dan melibatkan pejantan dan betina yang menekan lubang yang disebut kloaka untuk melakukan ciuman kloaka, yang menghasilkan transfer sperma .
(msf)