6 Senjata Paling Mematikan Sepanjang Sejarah, Apa Saja?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejarah mencatat peperangan hanya mendatangkan penderitaan dengan jutaan nyawa melayang serta kerusakan di berbagai sendi kehidupan. Dalam pergulatan perebutan kuasa ini para pihak yang berkonflik menghadirkan deretan senjata paling mematikan sepanjang sejarah.
Senjata-senjata paling mematikan sepanjang sejarah ini menjadi penyebab jatuhnya jutaan korban jiwa dan luka di berbagai belahan dunia. Ironisnya, perlombaan menciptakan senjata pemusnah massal tak pernah berhenti hingga saat ini.
Dilansir dari Britannica, Rabu (27/3/2024), berikut deretan senjata paling mematikan sepanjang sejarah peperangan umat manusia.
Abad ke-19 menandai revolusi teknologi senjata api. Peralatan mesin memungkinkan pembuatan senjata dengan presisi lebih tinggi. Masalah kegagalan penembakan berkurang dengan kehadiran tutup perkusi dan amunisi selongsong. Bubuk mesiu tanpa asap terbakar lebih bersih dan merata dibandingkan bubuk hitam, dan para pembuat senjata dengan cepat menyadari potensi memanfaatkan hentakan senjata untuk meningkatkan laju tembakan.
Hiram Maxim adalah penemu pertama yang menggabungkan semua inovasi ini ke dalam senjata tunggal. Senapan Maxim, yang dikembangkan tahun 1884, adalah senapan mesin berpendingin air, dioperasikan dengan hentakan, dan diisi dengan selongsong peluru yang mampu menembakkan lebih dari 500 peluru per menit pada jarak lebih dari 1.830 meter.
Berbagai kekuatan militer di seluruh Eropa mengadopsi sejumlah versi Maxim di tahun-tahun sebelum Perang Dunia I. Senjata varian Maxim banyak digunakan di Front Barat. Ketika melawan taktik infanteri usang, daya bunuhnya sangat mengejutkan. Hanya dalam satu hari pada Pertempuran Somme Pertama, lebih dari 20.000 tentara Inggris tewas dalam serangan berdarah melawan pasukan bertahan Jerman yang dipersenjatai senapan mesin MG 08, varian Jerman dari Maxim.
Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, menewaskan 70.000 orang pada awalnya, dengan puluhan ribu lainnya menderita penyakit radiasi selama bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya. Ledakan bom Little Boy yang dijatuhkan di Hiroshima setara dengan sekitar 15 kiloton TNT. Sementara ICBM Rusia RS-28 Sarmat (dijuluki Satan 2 oleh NATO) dirancang untuk membawa hulu ledak 2.000 kali lebih kuat dari Little Boy .
Insinyur Rusia mengklaim bahwa satu rudal Satan 2 dapat melenyapkan area sebesar Texas atau Prancis. Meskipun perjanjian pembatasan senjata secara drastis mengurangi jumlah persenjataan nuklir, diperkirakan masih ada sekitar 15.000 senjata nuklir di Bumi. Lebih dari 90 persen senjata tersebut dimiliki oleh Amerika Serikat dan Rusia.
Orang pertama yang menggunakan senjata ini adalah orang Yunani Bizantium. Mereka menciptakan zat yang dikenal sebagai Api Yunani. Formula Api Yunani masih misterius. Namun, efektivitasnya dalam pertempuran melanggengkan Kekaisaran Bizantium. Versi modern dari Api Yunani adalah napalm, yang pertama kali digunakan pada Perang Dunia II.
Bom pembakar yang mengandung napalm termasuk persenjataan yang digunakan dalam pemboman Sekutu atas Dresden (13-15 Februari 1945) dan pengeboman Tokyo (9-10 Maret 1945). Serangan di Dresden menewaskan sedikitnya 25.000 orang dan menghancurkan salah satu pusat kebudayaan terbesar Eropa. Sementara itu, serangan di Tokyo menewaskan sedikitnya 100.000 warga sipil (jumlah yang melebihi korban jiwa awal Hiroshima) dan meluluhlantakkan separuh ibu kota Jepang.
Sampai abad ke-19, senjata infanteri adalah musket. Musket bisa melontarkan peluru kaliber 75 (19 mm) hingga jarak 200 meter, tetapi dengan akurasi rendah. Agar bisa cepat diisi dari ujung laras ke ruang peluru, amunisi musket harus longgar di dalam larasnya. Saat ditembakkan, peluru musket akan bergoyang-goyang di dalam laras, sehingga lintasannya tidak stabil setelah keluar dari laras.
Masalah ini dipecahkan oleh perwira Angkatan Darat Prancis, Claude-Étienne Minié. Minié mendesain peluru berbentuk kerucut, yang kemudian dikenal sebagai peluru Minié, dengan bagian bawah yang melebar ke dalam alur laras musket saat senjata ditembakkan. Inovasi ini secara dramatis meningkatkan jangkauan dan akurasi senapan beralur tanpa mengurangi waktu pengisian peluru.
Senjata-senjata paling mematikan sepanjang sejarah ini menjadi penyebab jatuhnya jutaan korban jiwa dan luka di berbagai belahan dunia. Ironisnya, perlombaan menciptakan senjata pemusnah massal tak pernah berhenti hingga saat ini.
Dilansir dari Britannica, Rabu (27/3/2024), berikut deretan senjata paling mematikan sepanjang sejarah peperangan umat manusia.
1. Senapan Mesin Maxim
Abad ke-19 menandai revolusi teknologi senjata api. Peralatan mesin memungkinkan pembuatan senjata dengan presisi lebih tinggi. Masalah kegagalan penembakan berkurang dengan kehadiran tutup perkusi dan amunisi selongsong. Bubuk mesiu tanpa asap terbakar lebih bersih dan merata dibandingkan bubuk hitam, dan para pembuat senjata dengan cepat menyadari potensi memanfaatkan hentakan senjata untuk meningkatkan laju tembakan.
Hiram Maxim adalah penemu pertama yang menggabungkan semua inovasi ini ke dalam senjata tunggal. Senapan Maxim, yang dikembangkan tahun 1884, adalah senapan mesin berpendingin air, dioperasikan dengan hentakan, dan diisi dengan selongsong peluru yang mampu menembakkan lebih dari 500 peluru per menit pada jarak lebih dari 1.830 meter.
Berbagai kekuatan militer di seluruh Eropa mengadopsi sejumlah versi Maxim di tahun-tahun sebelum Perang Dunia I. Senjata varian Maxim banyak digunakan di Front Barat. Ketika melawan taktik infanteri usang, daya bunuhnya sangat mengejutkan. Hanya dalam satu hari pada Pertempuran Somme Pertama, lebih dari 20.000 tentara Inggris tewas dalam serangan berdarah melawan pasukan bertahan Jerman yang dipersenjatai senapan mesin MG 08, varian Jerman dari Maxim.
2. Senjata Nuklir
Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, menewaskan 70.000 orang pada awalnya, dengan puluhan ribu lainnya menderita penyakit radiasi selama bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya. Ledakan bom Little Boy yang dijatuhkan di Hiroshima setara dengan sekitar 15 kiloton TNT. Sementara ICBM Rusia RS-28 Sarmat (dijuluki Satan 2 oleh NATO) dirancang untuk membawa hulu ledak 2.000 kali lebih kuat dari Little Boy .
Insinyur Rusia mengklaim bahwa satu rudal Satan 2 dapat melenyapkan area sebesar Texas atau Prancis. Meskipun perjanjian pembatasan senjata secara drastis mengurangi jumlah persenjataan nuklir, diperkirakan masih ada sekitar 15.000 senjata nuklir di Bumi. Lebih dari 90 persen senjata tersebut dimiliki oleh Amerika Serikat dan Rusia.
3. Napalm
Orang pertama yang menggunakan senjata ini adalah orang Yunani Bizantium. Mereka menciptakan zat yang dikenal sebagai Api Yunani. Formula Api Yunani masih misterius. Namun, efektivitasnya dalam pertempuran melanggengkan Kekaisaran Bizantium. Versi modern dari Api Yunani adalah napalm, yang pertama kali digunakan pada Perang Dunia II.
Bom pembakar yang mengandung napalm termasuk persenjataan yang digunakan dalam pemboman Sekutu atas Dresden (13-15 Februari 1945) dan pengeboman Tokyo (9-10 Maret 1945). Serangan di Dresden menewaskan sedikitnya 25.000 orang dan menghancurkan salah satu pusat kebudayaan terbesar Eropa. Sementara itu, serangan di Tokyo menewaskan sedikitnya 100.000 warga sipil (jumlah yang melebihi korban jiwa awal Hiroshima) dan meluluhlantakkan separuh ibu kota Jepang.
4. Senapan
Sampai abad ke-19, senjata infanteri adalah musket. Musket bisa melontarkan peluru kaliber 75 (19 mm) hingga jarak 200 meter, tetapi dengan akurasi rendah. Agar bisa cepat diisi dari ujung laras ke ruang peluru, amunisi musket harus longgar di dalam larasnya. Saat ditembakkan, peluru musket akan bergoyang-goyang di dalam laras, sehingga lintasannya tidak stabil setelah keluar dari laras.
Masalah ini dipecahkan oleh perwira Angkatan Darat Prancis, Claude-Étienne Minié. Minié mendesain peluru berbentuk kerucut, yang kemudian dikenal sebagai peluru Minié, dengan bagian bawah yang melebar ke dalam alur laras musket saat senjata ditembakkan. Inovasi ini secara dramatis meningkatkan jangkauan dan akurasi senapan beralur tanpa mengurangi waktu pengisian peluru.