6 Senjata Paling Mematikan Sepanjang Sejarah, Apa Saja?

Rabu, 27 Maret 2024 - 11:05 WIB
loading...
6 Senjata Paling Mematikan Sepanjang Sejarah, Apa Saja?
Senapan Maxim mampu menembakkan lebih dari 500 peluru per menit pada jarak lebih dari 1.830 meter. (Foto: Domain Photo)
A A A
JAKARTA - Sejarah mencatat peperangan hanya mendatangkan penderitaan dengan jutaan nyawa melayang serta kerusakan di berbagai sendi kehidupan. Dalam pergulatan perebutan kuasa ini para pihak yang berkonflik menghadirkan deretan senjata paling mematikan sepanjang sejarah.

Senjata-senjata paling mematikan sepanjang sejarah ini menjadi penyebab jatuhnya jutaan korban jiwa dan luka di berbagai belahan dunia. Ironisnya, perlombaan menciptakan senjata pemusnah massal tak pernah berhenti hingga saat ini.

Dilansir dari Britannica, Rabu (27/3/2024), berikut deretan senjata paling mematikan sepanjang sejarah peperangan umat manusia.

1. Senapan Mesin Maxim


Abad ke-19 menandai revolusi teknologi senjata api. Peralatan mesin memungkinkan pembuatan senjata dengan presisi lebih tinggi. Masalah kegagalan penembakan berkurang dengan kehadiran tutup perkusi dan amunisi selongsong. Bubuk mesiu tanpa asap terbakar lebih bersih dan merata dibandingkan bubuk hitam, dan para pembuat senjata dengan cepat menyadari potensi memanfaatkan hentakan senjata untuk meningkatkan laju tembakan.



Hiram Maxim adalah penemu pertama yang menggabungkan semua inovasi ini ke dalam senjata tunggal. Senapan Maxim, yang dikembangkan tahun 1884, adalah senapan mesin berpendingin air, dioperasikan dengan hentakan, dan diisi dengan selongsong peluru yang mampu menembakkan lebih dari 500 peluru per menit pada jarak lebih dari 1.830 meter.

Berbagai kekuatan militer di seluruh Eropa mengadopsi sejumlah versi Maxim di tahun-tahun sebelum Perang Dunia I. Senjata varian Maxim banyak digunakan di Front Barat. Ketika melawan taktik infanteri usang, daya bunuhnya sangat mengejutkan. Hanya dalam satu hari pada Pertempuran Somme Pertama, lebih dari 20.000 tentara Inggris tewas dalam serangan berdarah melawan pasukan bertahan Jerman yang dipersenjatai senapan mesin MG 08, varian Jerman dari Maxim.

2. Senjata Nuklir


Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, menewaskan 70.000 orang pada awalnya, dengan puluhan ribu lainnya menderita penyakit radiasi selama bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya. Ledakan bom Little Boy yang dijatuhkan di Hiroshima setara dengan sekitar 15 kiloton TNT. Sementara ICBM Rusia RS-28 Sarmat (dijuluki Satan 2 oleh NATO) dirancang untuk membawa hulu ledak 2.000 kali lebih kuat dari Little Boy .

Insinyur Rusia mengklaim bahwa satu rudal Satan 2 dapat melenyapkan area sebesar Texas atau Prancis. Meskipun perjanjian pembatasan senjata secara drastis mengurangi jumlah persenjataan nuklir, diperkirakan masih ada sekitar 15.000 senjata nuklir di Bumi. Lebih dari 90 persen senjata tersebut dimiliki oleh Amerika Serikat dan Rusia.

3. Napalm


Orang pertama yang menggunakan senjata ini adalah orang Yunani Bizantium. Mereka menciptakan zat yang dikenal sebagai Api Yunani. Formula Api Yunani masih misterius. Namun, efektivitasnya dalam pertempuran melanggengkan Kekaisaran Bizantium. Versi modern dari Api Yunani adalah napalm, yang pertama kali digunakan pada Perang Dunia II.

Bom pembakar yang mengandung napalm termasuk persenjataan yang digunakan dalam pemboman Sekutu atas Dresden (13-15 Februari 1945) dan pengeboman Tokyo (9-10 Maret 1945). Serangan di Dresden menewaskan sedikitnya 25.000 orang dan menghancurkan salah satu pusat kebudayaan terbesar Eropa. Sementara itu, serangan di Tokyo menewaskan sedikitnya 100.000 warga sipil (jumlah yang melebihi korban jiwa awal Hiroshima) dan meluluhlantakkan separuh ibu kota Jepang.


4. Senapan


Sampai abad ke-19, senjata infanteri adalah musket. Musket bisa melontarkan peluru kaliber 75 (19 mm) hingga jarak 200 meter, tetapi dengan akurasi rendah. Agar bisa cepat diisi dari ujung laras ke ruang peluru, amunisi musket harus longgar di dalam larasnya. Saat ditembakkan, peluru musket akan bergoyang-goyang di dalam laras, sehingga lintasannya tidak stabil setelah keluar dari laras.

Masalah ini dipecahkan oleh perwira Angkatan Darat Prancis, Claude-Étienne Minié. Minié mendesain peluru berbentuk kerucut, yang kemudian dikenal sebagai peluru Minié, dengan bagian bawah yang melebar ke dalam alur laras musket saat senjata ditembakkan. Inovasi ini secara dramatis meningkatkan jangkauan dan akurasi senapan beralur tanpa mengurangi waktu pengisian peluru.

Korban jiwa yang sangat besar dalam pertempuran Perang Saudara Amerika sebagian disebabkan oleh senapan jenis ini. Penggunaan laras beralur pada artileri lapangan sangat meningkatkan jangkauan, akurasi, dan daya bunuh senjata berat. Pengembangan senapan serbu selama Perang Dunia II mengubah pertempuran infanteri karena volume tembakan dan manuver cepat oleh unit kecil menggantikan keterampilan menembak jitu sebagai ukuran efektivitas.

Senapan serbu AK-47 adalah perangkat militer yang paling menentukan abad ke-20. Senjata ini diadopsi oleh gerakan gerilya, militan, dan revolusioner yang tak terhitung jumlahnya, dan diperkirakan ada sekitar 100 juta AK-47 yang beredar pada awal abad ke-21.


5. Kapal selam


Pada Perang Dunia I, semua kekuatan angkatan laut negara-negara di dunia menggunakan kapal selam. Salah satunya adalah U-boat Jerman yang menjadi momok di lautan. U-boat menenggelamkan lebih dari 10 juta ton kapal pengiriman Sekutu. U-boat mengambil peran yang sama selama Perang Dunia II, ketika mereka hampir memutuskan jalur vital Inggris dengan Amerika Serikat.

Di era modern, kapal selam kelas Ohio AS dilengkapi 24 misil Trident, setiap misil MIRVed untuk memberikan sebanyak 10 hulu ledak nuklir, dan masing-masing hulu ledak individual tersebut dirancang untuk menghasilkan ledakan 475 kiloton. Kapal-kapal ini pada dasarnya adalah Perang Dunia II dalam sebuah kaleng. Mampu memberikan ledakan yang setara dengan hampir 8.000 ledakan Hiroshima dari jarak hampir 2.250 km jauh.

6. Senjata biologis


Dalam sejarah konflik bersenjata, penyakit sering kali menelan lebih banyak korban jiwa daripada pertempuran. Memasukkan agen infeksius secara sengaja ke medan perang adalah strategi yang sebenarnya tak disukai, karena senjata biologis cenderung tidak dapat diprediksi daripada senjata kimia. Virus dan bakteri tidak diskriminatif berdasarkan seragam, tanda pengenal, atau kesetiaan.

Mulai tahun 1346, para pembela Genoa di Kaffa (sekarang Feodosiya, Ukraina) menahan pengepungan Mongol yang berlangsung lebih dari setahun. Ketika penyakit mulai melanda pasukan pengepung, Mongol merespons dengan mengirim mayat yang terinfeksi wabah penyakit melintasi dinding kota. Melarikan diri dari epidemi yang segera tumbuh di kota, Genoa tanpa disengaja membawa wabah tersebut ke Eropa; antara 1347 dan 1351, Kematian Hitam merenggut 25 juta nyawa.

Senjata biologis telah dilarang berdasarkan Protokol Jenewa tahun 1925, tetapi Jepang menggunakan senjata biologis di China dan melakukan program eksperimen yang luas yang membunuh lebih dari 3.000 subjek uji manusia. Konvensi Senjata Biologis dimaksudkan untuk membatasi pengembangan dan penyimpanan agen biologis, tetapi terungkap bahwa Uni Soviet telah terlibat dalam program senjata biologis rahasia besar-besaran sejak hari ia menandatangani perjanjian tersebut pada 1972. Tanpa sistem inspeksi dan penegakan yang invasif, Konvensi Senjata Biologis berfungsi lebih sebagai pernyataan tentang norma global mengenai senjata perang daripada sebagai larangan aktual terhadap agen biologis.
(msf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1439 seconds (0.1#10.140)