Kehebatan Drone Dragon Ukraina, Semburkan Api yang Tak Bisa Dipadamkan

Kamis, 05 September 2024 - 12:31 WIB
loading...
Kehebatan Drone Dragon...
Drone Dragon memporak-porandakan posisi pertahanan pasukan Rusia. Foto/Arstechnica
A A A
JAKARTA - Ukraina meluncurkan pesawat tanpa awak terbaru bernama Drone Dragon. Sesuai namanya drone ini mampu menyemburkan api yang sulit dipadamkan ke wilayah pertahanan Rusia dan membakar apa saja yang menghalanginya.

Secara teknis, drone Dragon menjatuhkan senyawa bernama thermite, campuran bubuk logam aluminium dan oksida logam besi. Ketika campuran thermite dinyalakan, ia mengalami reaksi redoks yang melepaskan energi panas yang sangat besar hingga mencapai 2.500° C dan dapat terbakar di mana saja.

Laman Arstechnica melaporkan, Kamis (5/9/2024) thermite mengandung pasokan oksigen sendiri dan tidak memerlukan sumber udara eksternal. Akibatnya, material ini tidak dapat dipadamkan menggunakan air dan dapat menyala di lingkungan apa pun.

Drone-drone Dragon yang melepaskan senyawa thermite ini diluncurkan di wilayah Ukraina timur, lokasi pertahanan tentara Rusia. Dalam video yang beredar di Telegram dan platform media sosial X, unit-unit militer Ukraina mengerahkan drone Dragon menyemburkan thermite berapi yang memicu kebakaran di tanah di bawahnya. Drone menyerang dengan menyebarkan thermite di atas pohon dan vegetasi lain di bawahnya tempat tentara Rusia berlindung serta ke dalam parit.



"Drone Dragon adalah sayap pembalasan kami, membawa api langsung dari langit!," tulis Brigada Mekanis ke-60 Ukraina di Facebook.

"Mereka menjadi ancaman nyata bagi musuh, membakar posisinya dengan akurasi yang tidak dapat dicapai oleh senjata lain."

Unit militer Ukraina lainnya, Khorne ke-116, juga merilis video serupa. Video tersebut merekam momen-momen drone Dragon menjatuhkan thermite di atas area hutan. Video berdurasi 22 detik tersebut menunjukkan drone menyerupai komet dengan ekor berasap, membakar posisi Rusia.

Dikutip dari The War Zone, Kementerian Pertahanan Ukraina mengonfirmasi penggunaan drone Dragon. Drone baru ini berbeda dari UAV lain sebelumnya karena memberikan efek area luas secara presisi dan tanpa risiko bagi operator. Satu drone dapat memberikan efek kerusakan besar pada satu kali terbang menyebarkan thermite, dibandingkan dengan efek yang jauh lebih terbatas yang biasanya dikaitkan dengan drone bersenjata kecil. Efek psikologis dari drone ini juga sangat besar.

Steel Hornets, pembuat drone yang berbasis di Kyiv, mulai mempromosikan thermite secara online. "Baru-baru ini, telah ada banyak pertanyaan tentang amunisi pembakar," kata Steel Hornets di Telegram pada bulan April.

"Perlu dipahami bahwa ini bukan thermobar, tidak meledak, tetapi terbakar. Ini dirancang untuk dijatuhkan dari drone dari ketinggian hingga 30 m."

Munisi tersebut dirancang untuk mulai terbakar saat terbang setelah diinisiasi. "Jika mengenai tempat yang tidak ada alasan untuk dibakar - maka itu tidak akan membakar apa pun," tulis Steel Hornets.



"Semakin tinggi ketinggian jatuhnya, semakin besar kemungkinan terjadinya pantulan dari tempat jatuhnya. Saat terbakar pada permukaan miring - logam cair akan mengalir dan pembakaran akan lebih buruk."

Dibombardir drone Dragon menggunakan thermite, Rusia pun tak tinggal diam. Mereka juga sedang mengupayakan penggunaan drone penyebar thermite. Video yang diunggah saluran Telegram Landmines and Coffee menunjukkan salah satu upaya tersebut.

Rusia memodifikasi mortir 120 mm dengan kandungan thermite. Video berdurasi 62 detik tersebut menunjukkan demonstrasi teknologi tersebut. Drone milik Rusia tersebut melayang beberapa kaki dari tanah, mengeluarkan aliran api dan menjatuhkan thermite, menciptakan api saat mengenai tanah.

Penggunaan thermite dalam perang bukan hal baru. Pada Mei 2022, video muncul di media sosial menunjukkan Rusia mungkin telah menggunakan peluru artileri yang mengandung campuran thermite untuk mengebom Mariupol. Beberapa bulan kemudian, video lain menunjukkan kota Marinka di Donetsk yang diserang dengan peluru artileri bermuatan thermite.

Dalam dua kasus tersebut, awan berapi-api jatuh dari langit secara tidak pilih-pilih membakar area yang luas. Thermite juga telah digunakan dalam granat yang dijatuhkan oleh drone dan digunakan untuk menyerang kendaraan tempur.

Sejatinya Protokol tentang larangan atau pembatasan penggunaan senjata pembakar telah ada. Hal ini bertujuan melindungi warga sipil dan objek sipil dari penggunaan jenis senjata ini. Protokol ini melarang menargetkan warga sipil dan membatasi menargetkan objek militer yang terletak di dalam daerah berpenduduk. Protokol ini juga melarang penggunaan senjata pembakar pada hutan atau tanaman lainnya kecuali jika vegetasi tersebut digunakan untuk menyembunyikan objek militer.

Human Rights Watch mengecam pengecualian tersebut sebagai celah hukum dalam Konvensi Jenewa. "Senjata pembakar mengandung senyawa kimia yang berbeda, seperti napalm atau thermite, yang menyala dan menyebabkan penderitaan manusia yang signifikan pada saat serangan dan dalam beberapa minggu, bulan, dan bahkan tahun-tahun berikutnya."
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1887 seconds (0.1#10.140)