Setelah Empat Abad, Mayat Santa dari Avila Masih Utuh
loading...
A
A
A
Para Karmelit dapat menelusuri asal usul mereka hingga abad ke-13, tetapi pada 1562, St. Teresa sendiri mendirikan komunitas Karmelit baru di tanah kelahirannya, Spanyol. Ordo baru ini dikenal sebagai Karmelit Tanpa Alas Kaki (Discalced Carmelites), dan seperti pendirinya, mereka berjalan tanpa alas kaki atau hanya mengenakan sandal.
Selama proyek ini berlangsung, para peneliti melihat adanya duri kalsium atau taji pada tumit kaki St. Teresa. Bentuka ini berupa endapan kalsium yang dapat tumbuh ketika kaki berada di bawah banyak tekanan, dan dapat sangat menyakitkan untuk berjalan. Para peneliti mengatakan taji ini akan berkembang akibat sering berjalan tanpa alas kaki, seperti yang sering dilakukan oleh St. Teresa.
"Menganalisis kaki di Roma, kami melihat adanya duri kalsium yang membuatnya hampir tidak mungkin untuk berjalan," kata Chiesa kepada Daily Mail.
Kondisi ini bukan satu-satunya masalah kesehatan yang dihadapi St. Teresa. Ia juga menderita sakit perut dan kejang, serta sering pusing yang kadang menyebabkannya pingsan.
Namun, meskipun menghadapi kesulitan kesehatan, dedikasinya terhadap gereja dan misinya tidak pernah goyah. Karyanya sebagai organisator dan usahanya yang tak kenal lelah sebagai pembaharu, Teresa dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada 1622.
Saat ini, St. Teresa berperan sebagai pelindung bagi berbagai orang, termasuk mereka yang membutuhkan anugerah, mereka yang berduka karena kehilangan orang tua, individu dalam ordo religius, orang-orang yang diejek karena kesalehan mereka, dan mereka yang menderita penyakit. Ia bahkan diakui sebagai pelindung para pemain catur dan pembuat renda, yang menunjukkan betapa populernya dia di kalangan umat Katolik hingga zaman modern ini.
Selama proyek ini berlangsung, para peneliti melihat adanya duri kalsium atau taji pada tumit kaki St. Teresa. Bentuka ini berupa endapan kalsium yang dapat tumbuh ketika kaki berada di bawah banyak tekanan, dan dapat sangat menyakitkan untuk berjalan. Para peneliti mengatakan taji ini akan berkembang akibat sering berjalan tanpa alas kaki, seperti yang sering dilakukan oleh St. Teresa.
"Menganalisis kaki di Roma, kami melihat adanya duri kalsium yang membuatnya hampir tidak mungkin untuk berjalan," kata Chiesa kepada Daily Mail.
Kondisi ini bukan satu-satunya masalah kesehatan yang dihadapi St. Teresa. Ia juga menderita sakit perut dan kejang, serta sering pusing yang kadang menyebabkannya pingsan.
Namun, meskipun menghadapi kesulitan kesehatan, dedikasinya terhadap gereja dan misinya tidak pernah goyah. Karyanya sebagai organisator dan usahanya yang tak kenal lelah sebagai pembaharu, Teresa dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada 1622.
Saat ini, St. Teresa berperan sebagai pelindung bagi berbagai orang, termasuk mereka yang membutuhkan anugerah, mereka yang berduka karena kehilangan orang tua, individu dalam ordo religius, orang-orang yang diejek karena kesalehan mereka, dan mereka yang menderita penyakit. Ia bahkan diakui sebagai pelindung para pemain catur dan pembuat renda, yang menunjukkan betapa populernya dia di kalangan umat Katolik hingga zaman modern ini.
(msf)