Belajar dari Belanda, Bagaimana Berteman dengan Air dan Mengatasi Banjir

Senin, 08 Februari 2021 - 17:05 WIB
loading...
Belajar dari Belanda, Bagaimana Berteman dengan Air dan Mengatasi Banjir
The Guardian melaporkan, untuk mengatasi banjir Belanda memiliki Room for the River. Badan otonom itu secara independen mengatur pembangunan kota agar terhindar dari banjir. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Dengan lebih dari separuh negara berada pada atau di bawah permukaan laut , Belanda ahli dalam pengelolaan air. Namun tetap membutuhkan pengorbanan rakyatnya. Baca juga: Banjir Bidara Cina Jaktim, Tempat Pengungsian Disebar di 5 Lokasi

Nol dan Wil Hooijmaaijers adalah salah satu bagian dari rakyat Belanda yang mengorbankan lahannya dalam program pengendalian banjir. Rumah tua dan ladang mereka dikorbankan untuk skema pengelolaan banjir yang memaksa mereka mengorbankan pertanian mereka demi 150.000 orang yang tak mereka kenal di Kota Den Bosch, sekitar 30 km di hulu sungai. Keduanya berusia 60 tahun dan sekarang tinggal di sebuah bukit kecil buatan dengan puncak rata seluas 5,5 hektare.

The Guardian melaporkan, proyek di Overdiepse Polder, lahan pertanian berbentuk mata yang dikelilingi oleh dua sungai melengkung, adalah salah satu dari 40 program yang akan diselesaikan tahun depan oleh Room for the River. Didirikan pada 2006, badan tersebut diberi anggaran sebesar 2,2 miliar euro untuk mengurangi risiko banjir di empat sungai utama di Belanda.

Mereka sibuk menurunkan dataran banjir, memperlebar sungai dan saluran samping -pada dasarnya memberi sungai ruang untuk menampung air ekstra- dan memindahkan 200 keluarga, termasuk Hooijmaaijers, keluar dari rumahnya. Ini adalah proyek yang ingin ditiru oleh pemerintah lainnya, seperti Irlandia dan Inggris.

Belanda yang merupakan dataran rendah telah berjuang melawan air selama lebih dari 1.000 tahun, ketika petani membangun tanggul pertama. Kincir angin telah memompa barang itu dari tanah sejak abad ke-14 dan tempat tinggal berbukit Overdiepse Polder didasarkan pada apa yang dibangun penduduk paling awal di sini pada 500 BC.

Salah satu negara dengan populasi terpadat di planet ini, 60% wilayah Belanda rentan terhadap banjir. Sedangkan tanah pertaniannya yang kaya gambut surut bahkan ketika perubahan iklim menaikkan permukaan laut. Baca juga: Gubernur Jabar Siap Dukung Penuh Digitalisasi Aksara Sunda

Universitas di Belanda telah menghasilkan beberapa insinyur dan manajer air terbaik dunia dan mengekspor keahliannya ke luar negeri. Pemerintah Belanda telah memberikan nasihat tentang proyek tata kelola air di China, Afrika dan Australia.

Belanda juga belajar dari kesalahan masa lalu -laporan tahun 1977 yang memperingatkan tentang kelemahan tanggul sungai diabaikan karena melibatkan pembongkaran rumah. Terjadi banjir pada 1993 dan musibah yang lama pada 1995, ketika lebih dari 200.000 orang harus dievakuasi dan ratusan hewan ternak mati.

Hans Brouwers adalah pakar sungai senior di Rijkswaterstaat Room for the River. Dia merasa ngeri pada gagasan pengerukan atau pemeliharaan pertahanan banjir yang diabaikan. Dia mengutarakan, Inggris harus melihat dengan cermat di mana kesalahannya tahun ini.

Menurut Brouwers, demarkasi tanggung jawab yang jelas di Belanda sangat penting. Seperti juga proyek-proyek yang sedang dia jalani.

Tidak ada paket keuangan untuk orang yang harus pindah. "Mereka mendapatkan nilai pasar dari rumah mereka dan itu saja. Kami akan membantu mereka menemukan tempat lain, tetapi tidak secara finansial. Satu-satunya hal yang kami lakukan adalah memastikan bahwa mereka tidak kehilangan uang."
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4160 seconds (0.1#10.140)