Suhu Jakarta Terasa Lebih Dingin, LAPAN: Karena Fenomena Cold Front

Senin, 28 Juni 2021 - 10:00 WIB
loading...
Suhu Jakarta Terasa Lebih Dingin, LAPAN: Karena Fenomena Cold Front
Suasana Jakarta di malam hari yang terasa lebih dingin. Foto: dok Sindonews
A A A
JAKARTA - Temperatur atau suhu udara permukaan di Jakarta mendingin selama bulan Juni 2021 dibandingkan bulan yang sama pada 2020. Menurut LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) hal ini terjadi karena adanya fenomena yang disebut Cold Front.

Adapun penurunan suhu minimum rata-rata sebesar 0,6 derajat Celcius (Sumber: data ogimet Tanjung Priok).


Tren pendinginan suhu antara 0,5-1 derajat Celcius juga terjadi di Bandung sejak bulan Januari hingga Juni 2021 jika dibandingkan tahun 2020.

Kondisi penurunan suhu permukaan di daratan (Jawa Barat dan Tengah) ini juga diperlihatkan melalui data prediksi suhu permukaan dari Sadewa-LAPAN pada 24 Juni pukul 06:00 WIB pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.

SADEWA merupakan produk litbang LAPAN yang dikembangkan untuk mendukung riset atmosfer maupun aplikasinya oleh badan operasional terkait.

Suhu Jakarta Terasa Lebih Dingin, LAPAN: Karena Fenomena Cold Front

”Meskipun demikian, suhu harian tersebut memiliki fluktuasi harian yang erat dipengaruhi oleh jumlah pemanasan permukaan yang diterima dari radiasi matahari. Yang salah satu faktor penyebabnya ditentukan oleh panas laten dari keberadaan awan,” tulis keterangan LAPAN.

Data penurunan suhu permukaan rata-rata di beberapa kota selama bulan Juni yang terjadi pada kemarau basah saat ini kemungkinan berkaitan dengan fenomena front (perbenturan) dua massa udara yang berlainan, yaitu antara udara dingin dan udara hangat.



Front udara dingin atau disebut cold front ini menyebabkan udara dingin di permukaan mendorong dan mengangkat udara hangat di atasnya.

Dalam konteks kemarau basah seperti saat ini, pembentukan cold front dapat terbentuk dari pergerakan kuat monsun timuran (dari timur) Australia yang bersifat dingin.

Front dingin ini selanjutnya berbenturan dengan udara hangat dari barat karena keberadaan vorteks dan Dipole Mode negatif di Samudra Hindia.

Cold front ini selanjutnya dapat meluas dan tertahan oleh eksistensi awan-awan dingin tebal yang persisten meliputi daratan.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3087 seconds (0.1#10.140)