Mengenal Jupiter, Benda Langit Terbesar Kedua di Tata Surya setelah Matahari
loading...
A
A
A
Wahana antariksa Galileo yang memasuki orbit Jovian di tahun 1995, semakin membuka kesempatan bagi astronom untuk menelisik lebih jauh mengenai karakteristik planet gas raksasa ini. Bahkan, wahana ini juga menjadi saksi ketika komet Shoemaker-Levy 9 menabrak Jupiter di tahun 1994.
Galileo mengirimkan probe untuk mengambil sampel atmosfer, sebelum pada akhirnya probe ini hancur oleh tekanan besar di bawah awan Jupiter . Akhirnya, misi ini selesai di tahun 2003.
Pada Juli 2016, wahana antariksa Juno memasuki orbit di sekitar Jupiter untuk mengawali babak baru pengamatan ilmiah. Berkat wahana ini, astronom dengan tepat memetakan medan gravitasi dan medan magnet Jupiter, mempelajari lebih banyak mengenai gugusan siklon di kutub planet.
Hasil penemuan menakjubkan ini menunjukkan bahwa planet gas raksasa tersebut berotasi seperti benda padat tepat di bawah puncak awan yang tidak stabil. Meskipun Juno awalnya dijadwalkan untuk menghentikan misinya pada Februari 2018, misi tersebut akhirnya diperpanjang dan berjalan hingga Juli 2021 kemarin.
Ukuran Jupiter dan kesamaan komposisi dengan katai coklat dan bintang berukuran kecil juga menyebabkan Jupiter disebut sebagai bintang gagal. Jika planet ini terbentuk dengan lebih banyak massa, Jupiter diklaim akan memicu fusi nuklir dan Tata Surya akan menjadi sistem bintang ganda.
"Kehidupan mungkin tidak pernah berevolusi di Bumi karena suhunya akan terlalu tinggi dan karakteristik atmosfernya menjadi tidak seimbang," tuturnya.
Meskipun Jupiter berukuran sebesar planet, butuh sekitar 75 kali massanya saat ini untuk memicu fusi nuklir di intinya dan menjadi bintang. Astronom telah menemukan bintang-bintang lain yang dikelilingi oleh planet-planet dengan massa yang jauh lebih besar dari Jupiter.
Andi menambahkan, di galaksi Bimasakti, terdapat bintang deret utama yang berukuran sangat kecil, yang disebut EBLM J0555-57Ab. Ukurannya sedikit lebih besar dibandingkan dengan Saturnus, akan tetapi masih lebih kecil dibandingkan dengan Jupiter, yakni 118.000 km.
Galileo mengirimkan probe untuk mengambil sampel atmosfer, sebelum pada akhirnya probe ini hancur oleh tekanan besar di bawah awan Jupiter . Akhirnya, misi ini selesai di tahun 2003.
Pada Juli 2016, wahana antariksa Juno memasuki orbit di sekitar Jupiter untuk mengawali babak baru pengamatan ilmiah. Berkat wahana ini, astronom dengan tepat memetakan medan gravitasi dan medan magnet Jupiter, mempelajari lebih banyak mengenai gugusan siklon di kutub planet.
Hasil penemuan menakjubkan ini menunjukkan bahwa planet gas raksasa tersebut berotasi seperti benda padat tepat di bawah puncak awan yang tidak stabil. Meskipun Juno awalnya dijadwalkan untuk menghentikan misinya pada Februari 2018, misi tersebut akhirnya diperpanjang dan berjalan hingga Juli 2021 kemarin.
Ukuran Jupiter dan kesamaan komposisi dengan katai coklat dan bintang berukuran kecil juga menyebabkan Jupiter disebut sebagai bintang gagal. Jika planet ini terbentuk dengan lebih banyak massa, Jupiter diklaim akan memicu fusi nuklir dan Tata Surya akan menjadi sistem bintang ganda.
"Kehidupan mungkin tidak pernah berevolusi di Bumi karena suhunya akan terlalu tinggi dan karakteristik atmosfernya menjadi tidak seimbang," tuturnya.
Meskipun Jupiter berukuran sebesar planet, butuh sekitar 75 kali massanya saat ini untuk memicu fusi nuklir di intinya dan menjadi bintang. Astronom telah menemukan bintang-bintang lain yang dikelilingi oleh planet-planet dengan massa yang jauh lebih besar dari Jupiter.
Andi menambahkan, di galaksi Bimasakti, terdapat bintang deret utama yang berukuran sangat kecil, yang disebut EBLM J0555-57Ab. Ukurannya sedikit lebih besar dibandingkan dengan Saturnus, akan tetapi masih lebih kecil dibandingkan dengan Jupiter, yakni 118.000 km.