Temuan Supply Chain di Industri Farmasi Berisiko pada Penyakit dan Kematian
loading...
A
A
A
JAKARTA - Zebra Technologies Corporation (NASDAQ: ZBRA) merilis temuan-temuan menarik dari Pharmaceutical Supply Chain Vision Study. Penelitian ini mendapati adanya ketidakpercayaan pasien terhadap obat yang mereka terima dan segmentasi di dalam supply chain farmasi, termasuk pihak yang memproduksi, mendistribusikan, meresepkan dan mengeluarkan obat-obatan tersebut.
Sebanyak 43 persen pasien mengatakan takut akan timbulnya penyakit lain dan/atau kematian yang disebabkan oleh obat yang sudah terkontaminasi atau tercemar, tanpa adanya upaya untuk memperbaiki supply chain.
Efikasi dan keamanan obat ada di urutan pertama bagi pasien, di mana 3 dari 4 pasien menyatakan mereka agak atau sangat khawatir terhadap ketidakefektifan obat dalam mengobati kondisi atau penyakit mereka.
Dan 7 dari 10 pasien khawatir saat menerima, dosis obat yang tidak sesuai karena kesalahan dalam pelabelan, dan bahaya yang bisa mengintai mereka, obat hasil pencurian, terkontaminasi, tercemar, kadaluarsa, atau palsu dan obat yang tidak ditangani/disimpan dengan benar selama masa transit dan kemungkinan mengalami kerusakan atau efikasinya hilang.
Pasien tahu bahwa supply chain yang di bawah standard akan berisiko pada kualitas obat dan efikasinya. Pasien ingin lebih diyakinkan bahwa obat yang mereka konsumsi aman dan asli. Sebanyak 9 dari 10 pasien mengatakan akan cukup atau sangat penting jika mereka bisa memverifikasi keaslian obat yang diberikan kepada mereka, memastikan bahwa obat tidak dirusak dan memastikan bahwa obat yang sensitif terhadap suhu tetap disimpan di kisaran suhu yang disarankan
Menurut survei ini, pasien juga mengharapkan produsen obat menunjukkan cara mereka memproduksi/menangani obat (81 persen) dan pengangkutan/penyimpanan obat (82 persen). Sebanyak 80 persen mengatakan penting untuk memverifikasi sumber bahan-bahan obat, termasuk negara asal dan standar lokal obat itu sendiri.
Selain itu, 79 persen dari responden mengatakan ingin tahu obat mereka berasal dari sumber yang berkelanjutan dan mengkonfirmasi bahwa produsennya menggunakan teknik yang memperhatikan kelestarian lingkungan, perlindungan hewan dan komunitas manusia, serta kesehatan masyarakat.
“Meskipun pemenuhan standar regulasi adalah fokus para pemimpin industri farmasi, perubahan demand pasien ini menunjukkan bahwa ada banyak hal yang harus dilakukan,” ucap Christanto Suryadarma, Southeast Asia (SEA) Sales Vice President, Zebra Technologies Asia Pacific. “Penting sekali adanya kerja sama dari manufaktur, instansi pemerintah, farmasi, dan layanan kesehatan, untuk meraih kepercayaan konsumen terhadap supply chain.”
Penelitian ini menunjukkan bahwa industri farmasi harus bekerja lebih keras untuk membuktikan bahwa mereka menempatkan kepentingan pasien di urutan teratas, apabila mereka ingin mendapatkan kepercayaan dan kesetiaan konsumen dalam skala besar.
Sebanyak 43 persen pasien mengatakan takut akan timbulnya penyakit lain dan/atau kematian yang disebabkan oleh obat yang sudah terkontaminasi atau tercemar, tanpa adanya upaya untuk memperbaiki supply chain.
Efikasi dan keamanan obat ada di urutan pertama bagi pasien, di mana 3 dari 4 pasien menyatakan mereka agak atau sangat khawatir terhadap ketidakefektifan obat dalam mengobati kondisi atau penyakit mereka.
Dan 7 dari 10 pasien khawatir saat menerima, dosis obat yang tidak sesuai karena kesalahan dalam pelabelan, dan bahaya yang bisa mengintai mereka, obat hasil pencurian, terkontaminasi, tercemar, kadaluarsa, atau palsu dan obat yang tidak ditangani/disimpan dengan benar selama masa transit dan kemungkinan mengalami kerusakan atau efikasinya hilang.
Pasien tahu bahwa supply chain yang di bawah standard akan berisiko pada kualitas obat dan efikasinya. Pasien ingin lebih diyakinkan bahwa obat yang mereka konsumsi aman dan asli. Sebanyak 9 dari 10 pasien mengatakan akan cukup atau sangat penting jika mereka bisa memverifikasi keaslian obat yang diberikan kepada mereka, memastikan bahwa obat tidak dirusak dan memastikan bahwa obat yang sensitif terhadap suhu tetap disimpan di kisaran suhu yang disarankan
Menurut survei ini, pasien juga mengharapkan produsen obat menunjukkan cara mereka memproduksi/menangani obat (81 persen) dan pengangkutan/penyimpanan obat (82 persen). Sebanyak 80 persen mengatakan penting untuk memverifikasi sumber bahan-bahan obat, termasuk negara asal dan standar lokal obat itu sendiri.
Selain itu, 79 persen dari responden mengatakan ingin tahu obat mereka berasal dari sumber yang berkelanjutan dan mengkonfirmasi bahwa produsennya menggunakan teknik yang memperhatikan kelestarian lingkungan, perlindungan hewan dan komunitas manusia, serta kesehatan masyarakat.
“Meskipun pemenuhan standar regulasi adalah fokus para pemimpin industri farmasi, perubahan demand pasien ini menunjukkan bahwa ada banyak hal yang harus dilakukan,” ucap Christanto Suryadarma, Southeast Asia (SEA) Sales Vice President, Zebra Technologies Asia Pacific. “Penting sekali adanya kerja sama dari manufaktur, instansi pemerintah, farmasi, dan layanan kesehatan, untuk meraih kepercayaan konsumen terhadap supply chain.”
Penelitian ini menunjukkan bahwa industri farmasi harus bekerja lebih keras untuk membuktikan bahwa mereka menempatkan kepentingan pasien di urutan teratas, apabila mereka ingin mendapatkan kepercayaan dan kesetiaan konsumen dalam skala besar.
(wbs)