Peneliti Korea Selatan Klaim Bisa Deteksi Covid-19 Omicron dalam 20 Menit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim peneliti dari Korea Selatan mengklaim sedang mengembangkan teknologi baru yang bisa mendeteksi varian Covid-19 Omicron hanya dalam 20-30 menit.
Menurut laporan kantor berita ANI, tim peneliti yang dipimpin oleh profesor Lee Jung-wook dari Pohang University of Science and Technology mengumumkan bahwa mereka berhasil mengembangkan diagnosa molekuler yang dapat mendeteksi varian Omicron yang diklaim memiliki 30 mutasi itu.
Metode tersebut diklaim jauh lebih efektif dibanding tes PCR yang sudah ada. Sebab, tes PCR saat ini tidak bisa mendeteksi varian Omicron tertentu.
”Di kasus Omicron, ada genom N dan genom S yang sama-sama positif, sehingga sangat sulit dikenali dan dibedakan dari varian lainnya,” beber Lee.
Jika tes PCR biasa hanya memindai beberapa area tertentu di virus, teknologi diagonisa molekuler yang dikembangkan oleh Lee diklaim mempu membuat reaksi pengikat asam nukleat hanya ketika RNA Covid-19 ditemukan. ”Sehingga memungkinkan deteksi cepat,” ujar Lee lagi.
Lee juga menyebut bahwa teknologi deteksi PCR yang saat ini digunakan hanya bisa memproses 96 sampel per perangkat. Sedangkan teknologi yang ia kembangkan diklaim mampu memproses 250 sampel per jam.
Keunggulan lain teknologi ini tidak perlu ada alat khusus. ”Kami akan mengumumkan teknologi ini dalam waktu dekat,” ujar Lee.
Sebelumnya, juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi mengatakan bahwa tiap-tiap varian Covid-19 berbeda teknik PCR untuk bisa mendeteksinya. ”Harus ada pemeriksaan genom,'' pungkas Siti Nadia.
Sebelumnya, Pusat Penelitian Gabungan Komisi Eropa mengembangkan metode untuk menciptakan alat deteksi baru khusus untuk varian Omicron.
Menurut laporan kantor berita ANI, tim peneliti yang dipimpin oleh profesor Lee Jung-wook dari Pohang University of Science and Technology mengumumkan bahwa mereka berhasil mengembangkan diagnosa molekuler yang dapat mendeteksi varian Omicron yang diklaim memiliki 30 mutasi itu.
Metode tersebut diklaim jauh lebih efektif dibanding tes PCR yang sudah ada. Sebab, tes PCR saat ini tidak bisa mendeteksi varian Omicron tertentu.
”Di kasus Omicron, ada genom N dan genom S yang sama-sama positif, sehingga sangat sulit dikenali dan dibedakan dari varian lainnya,” beber Lee.
Jika tes PCR biasa hanya memindai beberapa area tertentu di virus, teknologi diagonisa molekuler yang dikembangkan oleh Lee diklaim mempu membuat reaksi pengikat asam nukleat hanya ketika RNA Covid-19 ditemukan. ”Sehingga memungkinkan deteksi cepat,” ujar Lee lagi.
Lee juga menyebut bahwa teknologi deteksi PCR yang saat ini digunakan hanya bisa memproses 96 sampel per perangkat. Sedangkan teknologi yang ia kembangkan diklaim mampu memproses 250 sampel per jam.
Keunggulan lain teknologi ini tidak perlu ada alat khusus. ”Kami akan mengumumkan teknologi ini dalam waktu dekat,” ujar Lee.
Sebelumnya, juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi mengatakan bahwa tiap-tiap varian Covid-19 berbeda teknik PCR untuk bisa mendeteksinya. ”Harus ada pemeriksaan genom,'' pungkas Siti Nadia.
Sebelumnya, Pusat Penelitian Gabungan Komisi Eropa mengembangkan metode untuk menciptakan alat deteksi baru khusus untuk varian Omicron.
(dan)