Saudara Pesut Mahakam, Lumba-lumba Irrawaddy Terakhir Mati Terjerat Alat Pancing

Minggu, 20 Februari 2022 - 12:50 WIB
loading...
Saudara Pesut Mahakam,...
Individu terakhir Lumba-lumba Irrawaddy ditemukan mati di Sungai Mekong, Provinsi Stung Treng, Kamboja Utara. Foto/Natureworldnews,
A A A
PHONM PHEN - Individu terakhir lumba-lumba Irrawaddy ditemukan mati di Sungai Mekong, Provinsi Stung Treng, Kamboja Utara. Lumba-lumba Irrawaddy merupakan lumba-lumba air tawar, seperti Pesut di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Lumba-lumba Irrawaddy ditemukan mati pada 15 Februari 2022 di Sungai Mekong akibat terjerat alat memancing nelayan. Ini adalah lumba-lumba Irrawaddi terakhir yang ditemukan di Sungai Mekong, Kamboja.

Lumba-lumba Irrawaddy dapat ditemukan di daerah pesisir Asia Tenggara. Populasi mereka hanya ditemukan di tiga sungai, yaitu Sungai Ayeyarwady (Irrawaddi) di Myanmar, Sungai Mahakam di Indonesia, dan Sungai Mekong di Kamboja.



Lumba-lumba air tawar ini oleh ilmuwan luar lebih populer disebut lumba-lumba Irrawaddi karena banyak ditemukan di Sungai Irrawaddi di Myanmar. Di Indonesia, lumba-lumba Irrawaddi dikenal dengan nama Pesut Mahakam karena habitatnya berada di Sungai Mahakam.

Menurut laporan The Phnom Penh Post, pada tubuh lumba-lumba Irrawaddi banyak luka. Luka-luka itu membuat lumba-lumba Irrawaddi tidak mampu berenang dengan baik sehingga tidak bisa berburu makanan.

Menurut sebuah laporan di Ceng News, para ahli telah melacak satu-satunya lumba-lumba Irrawaddi yang masih ada di Sungai Mekong. Setelah mengetahui lumba-lumba itu terluka, mereka sudah berusaha mencari cara untuk menyelamatkannya.
Saudara Pesut Mahakam, Lumba-lumba Irrawaddy Terakhir Mati Terjerat Alat Pancing


Lumba-lumba Irrawaddy di Sungai Mekong sangat langka. Sungai Mekong, yang membentang 2.700 mil dari Kamboja ke Myanmar, adalah sungai terpanjang ke-12 di dunia.



Lumba-lumba Irrawaddi hanya dapat ditemukan di sungai sepanjang 118 mil antara Kamboja dan Laos. Menurut WWF, saat ini hanya sekitar 90 ekor lumba-lumba Irrawaddi yang tersisa.

"Penangkapan ikan yang berlebihan, polusi, pembangunan, dan degradasi habitat telah mendatangkan malapetaka pada kehidupan laut," kata juru bicara WWF dikutip SINDOnews dari laman Natureworldnews, Minggu (20/2/2022).
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2279 seconds (0.1#10.140)