Misi ke Luar Angkasa Sebabkan Mutasi DNA Darah Astronot

Selasa, 06 September 2022 - 09:48 WIB
loading...
Misi ke Luar Angkasa Sebabkan Mutasi DNA Darah Astronot
Para peneliti mengungkapkan bahwa terjadi mutasi DNA dalam sel induk pembentuk darah pada astronot sebagai dampak dari misi ke luar angkasa yang pernah dijalani. Foto/NASA/Space.com
A A A
FLORIDA - Para peneliti mengungkapkan bahwa terjadi mutasi DNA dalam sel induk pembentuk darah pada astronot . Fakta ini diperoleh setelah para peneliti menyimpan darah astronot selama 20 tahun untuk melihat bagaimana dampak penerbangan antariksa mempengaruhi kesehatan.

Darah dari empat belas astronot dalam penelitian ini, dari program pesawat ulang-alik NASA, memiliki mutasi DNA dalam sel induk pembentuk darah. Kesimpulan studi ini diumumkan Nature Communications Biology pada 31 Agustus 2022.

Mutasi, meskipun sangat tinggi mengingat usia astronot, namun berada di bawah ambang batas yang menjadi perhatian. Penelitian ini mendapatkan fakta unik bahwa menyimpan darah astronot begitu lama, hasilnya tidak menunjukkan proses mutasi berhenti.

Untuk itu, para peneliti menyarankan agar astronot harus menjalani pemeriksaan darah berkala untuk mengawasi kemungkinan mutasi. Dan itu harus dipertimbangkan dalam konteks; studi 2019 lainnya, misalnya, menemukan bahwa astronot tidak mati karena kanker tapi akibat radiasi ruang pengion.



Program pemantauan tetap akan menjadi penting karena NASA meluncurkan misi luar angkasa jangka panjang melalui program Artemis di bulan dan kemudian, kunjungan manusia ke Mars. Para peneliti memutuskan untuk melanjutkan studi baru ini, mengingat peningkatan minat dalam penerbangan luar angkasa komersial dan eksplorasi luar angkasa.

“Potensi risiko kesehatan dari paparan berbagai faktor berbahaya yang terkait dengan misi luar angkasa eksplorasi berulang atau berdurasi panjang,” kata Dr David Goukassian yang juga profesor kardiologi di Icahn Mount Sinai dikutip SINDOnews dari laman Space.com, Selasa (6/9/2022).

NASA baru-baru ini mengubah persyaratan radiasi seumur hidup untuk astronot yang menurut para kritikus mendiskriminasi wanita, padahal secara historis memiliki batas lebih rendah daripada astronot pria.

Para peneliti menemukan frekuensi mutasi somatik yang lebih tinggi pada gen dari 14 astronot yang dipertimbangkan dalam penelitian ini, relatif terhadap statistik populasi yang pernah ke luar angkasa.



Kohort luar angkasa terbang antara tahun 1998 dan 2001 dengan misi ulang-alik rata-rata 12 hari. Sekitar 85 persen dari kelompok itu adalah laki-laki, dan enam astronot sedang dalam misi pertama mereka.
Misi ke Luar Angkasa Sebabkan Mutasi DNA Darah Astronot


Para peneliti mengumpulkan sampel darah lengkap dari para astronot dua kali, tepatnya 10 hari sebelum penerbangan luar angkasa dan pada hari pendaratan. Sel darah putih dikumpulkan sekali, tiga hari setelah mendarat.

Sampel darah kemudian dibiarkan tidak tersentuh dalam freezer selama 20 tahun, dingin pada suhu minus 80 derajat Celcius. Namun, mutasi somatik yang terlihat pada gen kurang dari dua persen. Orang-orang yang melanggar ambang batas itu menghadapi risiko lebih besar dalam mengembangkan penyakit kardiovaskular dan beberapa bentuk kanker.

"Kehadiran mutasi ini tidak selalu berarti bahwa para astronot akan mengembangkan penyakit kardiovaskular atau kanker. Namun, ada risiko bahwa, seiring waktu, ini dapat terjadi melalui paparan yang berkelanjutan dan berkepanjangan terhadap lingkungan luar angkasa yang ekstrem,” tambah Goukassian.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2337 seconds (0.1#10.140)