Rompi Anti Peluru Terbuat dari Bahan Apa? Begini Faktanya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rompi anti peluru merupakan armor yang dapat melindungi penggunanya dari senjata api . Akan tetapi, rompi anti peluru tidak sepenuhnya aman dari tembakan senjata api.
Pada zaman dahulu armor biasanya dibentuk menggunakan besi atau baja yang sempat digunakan sampai abad ke 14. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi membuat armor ini lebih ringan dan praktis ketimbang armor zaman dahulu yang berat dan sulit dipakai.
Baca juga : ITB Ciptakan Panel Anti Peluru dari Serat Rami, Tahan Peluru Jarak 5 Meter
Rompi anti peluru ini mulai dibuat setelah diperkenalkannya senjata api. Sementara penggunaan baju besi yang pada awalnya untuk melindungi tubuh dirasa kurang efisien.
Tahap pengembangan rompi anti peluru ini telah berjalan selama Perang Saudara Amerika, Perang Dunia I, dan Perang Dunia II. Barulah pada tahun 1940 armor yang efektif ini disediakan.
Kala itu bahannya terbuat dari nilon balistik yang dilengkapi dengan pelat serat kaca, baja, keramik, titanium, Doron, komposit keramik, dan bahan yang paling efektif ialah fiberglass.
Bahan tersebut merupakan standar yang digunakan untuk rompi anti peluru sampai tahun 1970 an. Hingga Stephanie Kwolek yang merupakan ahli kimia menemukan Kevlar di tahun 1965.
Melansir dari sciencedirect.com, Kevlar sampai saat ini merupakan bahan yang paling umum digunakan sebagai pelindung anti peluru. Bahan ini dinilai memiliki ketahanan yang tinggi serta bobot yang rendah.
Baca juga : Peneliti IPB Ciptakan Baju Anti Peluru dari Limbah Kelapa Sawit
Saat ini rompi anti peluru terdiri dari panel, lembaran polimer plastik canggih berbentuk rompi yang terdiri dari banyak lapisan baik Kevlar, Spectra Shield, ada pula yang menggunakan Twaron (mirip dengan Kevlar) atau Bynema (mirip dengan Spectra).
Lapisan Kevlar nantinya akan dijahit menggunakan benang kevlar, sedangkan untuk Spectra Shield nantinya akan dilapisi dengan dengan resin seperti Kraton dan kemudian disegel.
Untuk mengikat rompi ini sendiri biasanya memang digunakan berbagai bahan. Bahan yang lebih sering digunakan untuk melekatkan ini biasanya memiliki sifat yang elastis.
Setelah dilakukan proses pembuatan nantinya rompi anti peluru akan diuji dan seberapa efektif kemampuannya dalam meredam peluru.
Pada zaman dahulu armor biasanya dibentuk menggunakan besi atau baja yang sempat digunakan sampai abad ke 14. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi membuat armor ini lebih ringan dan praktis ketimbang armor zaman dahulu yang berat dan sulit dipakai.
Baca juga : ITB Ciptakan Panel Anti Peluru dari Serat Rami, Tahan Peluru Jarak 5 Meter
Rompi anti peluru ini mulai dibuat setelah diperkenalkannya senjata api. Sementara penggunaan baju besi yang pada awalnya untuk melindungi tubuh dirasa kurang efisien.
Tahap pengembangan rompi anti peluru ini telah berjalan selama Perang Saudara Amerika, Perang Dunia I, dan Perang Dunia II. Barulah pada tahun 1940 armor yang efektif ini disediakan.
Kala itu bahannya terbuat dari nilon balistik yang dilengkapi dengan pelat serat kaca, baja, keramik, titanium, Doron, komposit keramik, dan bahan yang paling efektif ialah fiberglass.
Bahan tersebut merupakan standar yang digunakan untuk rompi anti peluru sampai tahun 1970 an. Hingga Stephanie Kwolek yang merupakan ahli kimia menemukan Kevlar di tahun 1965.
Melansir dari sciencedirect.com, Kevlar sampai saat ini merupakan bahan yang paling umum digunakan sebagai pelindung anti peluru. Bahan ini dinilai memiliki ketahanan yang tinggi serta bobot yang rendah.
Baca juga : Peneliti IPB Ciptakan Baju Anti Peluru dari Limbah Kelapa Sawit
Saat ini rompi anti peluru terdiri dari panel, lembaran polimer plastik canggih berbentuk rompi yang terdiri dari banyak lapisan baik Kevlar, Spectra Shield, ada pula yang menggunakan Twaron (mirip dengan Kevlar) atau Bynema (mirip dengan Spectra).
Lapisan Kevlar nantinya akan dijahit menggunakan benang kevlar, sedangkan untuk Spectra Shield nantinya akan dilapisi dengan dengan resin seperti Kraton dan kemudian disegel.
Untuk mengikat rompi ini sendiri biasanya memang digunakan berbagai bahan. Bahan yang lebih sering digunakan untuk melekatkan ini biasanya memiliki sifat yang elastis.
Setelah dilakukan proses pembuatan nantinya rompi anti peluru akan diuji dan seberapa efektif kemampuannya dalam meredam peluru.
(bim)