Mengenal Yakhchal, Kulkas Kuno di Padang Pasir

Kamis, 23 November 2023 - 18:57 WIB
loading...
Mengenal Yakhchal, Kulkas Kuno di Padang Pasir
Teknologi Yakhchal membuktikan orang-orang zaman kuno lebih cerdas daripada yang orang kira saat ini. (Foto: Ancient Origins)
A A A
JAKARTA - Siapa sangka ribuan tahun lalu sudah ada mesin pembuat es. Uniknya lagi, teknologi ini disematkan di perangkat yang ada di tengah padang pasir.

Mesin canggih tanpa listrik itu disebut Yakhchal yang sudah ada sejak 2.400 tahun lalu di padang pasir Persia, saat ini Iran.

Dilansir dari Ancient Origins, Kamis (23/11/2023), teknologi ini membuktikan bahwa orang-orang zaman kuno lebih cerdas daripada yang orang kira saat ini. Yakhchal, yang berarti lubang es, menunjukkan kemampuan manusia untuk menemukan solusi terhadap masalah dengan segala materi atau teknologi yang mereka miliki.

Bagaimana Yakhchal Bekerja?


Yakhchal diciptakan oleh para oleh insinyur Persia sekitar tahun 400 SM. Menariknya lagi, Yakhchal relatif mudah dibuat sehingga orang miskin bisa memilikinya. Sebagian besar yakhchal adalah struktur berbentuk kubah dengan area penyimpanan berbentuk kotak di bawah tanah.



Setelah area penyimpanan digali dan kubah didirikan, jenis mortir yang terbuat dari tanah liat, pasir, abu, rambut kambing, dan kapur yang disebut sarooj digunakan untuk membuatnya tahan air. Area pengumpulan air yang diperlukan harus cukup dalam untuk tetap dingin dan bahan dari yakhchal harus cukup sebagai bahan isolator untuk menghalangi panas.

Air dibawa ke yakhchal baik dengan langsung mengangkut es dari pegunungan terdekat atau mengalihkan air dari saluran air ke yakhchal menggunakan saluran air bawah tanah yang disebut qanat.

Di sebelah beberapa yakhchal, dinding yang berorientasi dari timur ke barat akan dibangun di sisi selatan kulkas dan air akan dibawa masuk ke yakhchal dari sisi utara dinding. Alasannya adalah untuk menjaga agar air tetap dingin saat tengah hari saat masuk ke yakhchal.

Alat lain yang digunakan untuk menjaga yakhchal tetap dingin adalah badgir, jenis mekanisme penangkap angin yang akan menangkap angin dan mengalirkannya ke bawah ke yakhchal. Saat udara turun, itu akan dingin oleh es serta udara dingin yang menyertai air di qanat. Sebagai alternatif, badgir dapat digunakan untuk menyebabkan udara hangat naik dan udara dingin menggantikannya. Mekanisme ini masih digunakan di banyak kota gurun di Iran modern.

Setelah berada di dalam yakhchal, air akan membeku semalaman. Proses ini dapat dipercepat dengan adanya es, yang diangkut dari pegunungan, yang sudah ada di dalam yakhchal untuk bertindak sebagai benih. Begitu air membeku, itu akan dipotong menjadi blok agar air dapat dengan mudah dibawa keluar dari yakhchal untuk diminum dan tujuan lainnya.

Selain menyimpan air minum, yakhchal juga digunakan untuk menjaga makanan seperti buah, produk susu, dan mungkin daging agar tetap dingin sehingga tahan lebih lama. Banyak Yakhchal di Iran, Afghanistan, dan bagian lain dari Asia Barat dan Tengah masih berdiri bahkan setelah ribuan tahun. Mereka mewakili sisa-sisa kejayaan Persia kuno dan merupakan bagian dari warisan budaya Iran.


Warisan Rumah Es Kuno


Selain menarik secara historis, yakhchal juga diusulkan sebagai cara yang murah dan berkelanjutan bagi orang Iran modern dan komunitas Asia Tengah lainnya untuk memiliki sistem pendingin tanpa menggunakan listrik. Secara teoritis, proses yang digunakan untuk membuat yakhchal juga dapat direplikasi dan digunakan di wilayah lain dengan iklim yang mirip dengan daerah gurun di Iran dan Asia Tengah, seperti Barat Daya Amerika Serikat atau bagian Tiongkok barat laut.

Dengan cara ini, kebangkitan teknologi kuno dapat membantu orang modern di seluruh dunia hidup lebih berkelanjutan dan tetap memiliki kenyamanan modern, khususnya pendinginan.

Orang-orang modern Barat cenderung menganggap bahwa kenyamanan seperti pendinginan memerlukan teknologi canggih seperti listrik dan kemampuan untuk menghasilkan bahan pendingin yang kuat, tetapi ternyata pendinginan dapat diproduksi dengan metode sangat sederhana.
(msf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2642 seconds (0.1#10.140)