Meskipun Bergerak Sangat Lambat, Kungkang Mampu Bertahan 64 Juta Tahun

Sabtu, 08 Oktober 2022 - 17:38 WIB
loading...
Meskipun Bergerak Sangat Lambat, Kungkang Mampu Bertahan 64 Juta Tahun
Bagi kungkang atau sloth, semua penilaian buruk tentang lambat (keterlambatan) atau malas (kemalasan), sama sekali tidak berlaku. Foto/slothconservation
A A A
JAKARTA - Bagi kungkang atau sloth, semua penilaian buruk tentang lambat (keterlambatan) atau malas (kemalasan), sama sekali tidak berlaku. Sebaliknya, bagi kungkang, dengan geraknya yang sangat lambat sehingga identik dengan kemalasan, itu adalah kunci untuk tetap eksis di alam bebas yang kejam dan liar.

Begitu buruknya label pada kata lambat dan malas, membuat kukang ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1749, spesies ini dideskripsikan dalam literatur ilmiah sebagai "bentuk eksistensi terendah." Faktanya, setelah diteliti secara mendalam, menjadi lambat ternyata telah membantu kungkang bertahan hidup di planet ini selama hampir 64 juta tahun.

“Menjadi lambat adalah strategi yang sangat sukses untuk bertahan hidup. Ini jelas merupakan taktik kemenangan,” tulis laman slothconservation yang dikutip SINDOnews, Sabtu (8/10/2022).



Kungkang hanya bergerak 17,70 meter per jam, bahkan begitu lambatnya sampai ganggang tumbuh di bulu mereka. Uniknya lagi, kungkang selalu konsisten bergerak dalam kecepatan yang sama dan terukur. Rata-rata, kungkang menempuh jarak 41 yard (37,5 meter) per hari, kurang dari setengah panjang lapangan sepak bola!

Alasan kungkang bergerak sangat lambat, pertama terkait kondisi fisik dan genetik. Kedua kungkang bergerak sangat lambat untuk beradapsi dengan habitatnya di hutan tropis yang lebat.

Kungkang memiliki kondisi penglihatan yang langka akibat faktor genetik yang disebut "rod monochromacy". Kondisi ini membuat kungkang tidak memiliki sel kerucut di mata seperti kebanyakan mamalia lain untuk melihat warna.

Jadi kungkang benar-benar buta warna, hanya bisa melihat dengan buruk dalam cahaya redup dan benar-benar buta di siang hari yang cerah. Dengan kondisi penglihatan seperti ini tidak bisa mendukung kungkang berlari atau melompat di atas pohon.



Agar tidak terjatuh dari pepohonan di hutan tropis yang menjadi habitat terbaiknya, kungkang tentu harus bergerak perlahan. Kungkang harus benar-benar memastikan pohon atau dahan yang dirambati benar-benar kokoh.

“Anda tidak dapat berlarian di pepohonan jika Anda tidak dapat melihat ke mana Anda pergi. Anda akan jatuh dan mati! Kelambatan adalah satu-satunya pilihan bagi kungkang!” tulis slothconservation

Kungkang bergerak lambat karena metabolisme tubuhnya juga lambat dan ini cocok untuk menghemat energi. Metabolisme yang lambat juga mendukung pola makan kungkang yang gemar mengonsumsi dedaunan yang rendah kalori.

Dengan metabolisme yang lambat, kungkang yang memiliki fisiologi heterotermik (tidak memiliki kontrol baik pada suhu tubuh), mampu bertahan ketika cuaca menjadi sangat dingin. Sebab, ketika suhu tubuh mencapai titik terendah sekitar 20 derajat celcius, biasanya hewan menjadi lumpuh.


Meskipun Bergerak Sangat Lambat, Kungkang Mampu Bertahan 64 Juta Tahun


Tentu ini mendukung kungkang yang dikenal sebagai mamalia arboreal, menghabiskan sebagian besar waktu hidup di antara dahan pohon di bagian kanopi hutan hujan, bertahan hidup. Habitat kungkang lebih banyak ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan.

Kungkang saat terancam, mereka sepenuhnya mengandalkan kemampuan kamuflase untuk bertahan dari pemangsanya, berkat ganggang yang tumbuh di bulu-bulunya. Bahkan dengan gerak yang lambat, kungkang menjadi tidak menarik bagi sejumlah predator yang mengincar mangsa yang lincah.

Sistem pertahanan ini efektif bagi kungkang. Sebab, mayoritas predatornya adalah kucing besar dan burung-burung pemangsa seperti elang yang mengandalkan penglihatan untuk berburu.

Menurut laman Restorasi Ekosistem Riau (Rekoforest) Kungkang juga dikenal sebagai satu-satunya primata beracun di dunia. Mulut dan lipatan sikunya mengandung racun yang cukup kuat untuk mengusir pemangsa.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2211 seconds (0.1#10.140)