Aliansi Jaguar Jantan, Patahkan Teori Makhluk Soliter
loading...
A
A
A
BRASILIA - Teori yang mengatakan bahwa jaguar jantan merupakan mahkluk soliter atau penyendiri terbantahkan. Sebaliknya para peneliti di Amerika Selatan menemukan fakta jaguar jantan dapat berkoliasi dengan pejantan lain dalam waktu lama untuk bertahan hidup.
Jaguar jantan selama ini dikenal sebagai makhluk soliter yang menghabiskan sebagian besar hidupnya mengembara sendirian di alam liar. Mereka hanya berpapasan dengan jaguar lain untuk kawin dengan betina atau untuk mempertahankan wilayah dari saingan.
Para peneliti di Amerika Selatan telah mengamati dua contoh aliansi yang belum pernah terlihat sebelumnya antara dua jaguar jantan. Bahkan aliansi dua jaguar jantan yang berlangsung selama bertahun-tahun juga berlaku untuk mencari pasangan.
Para peneliti telah menemukan bukti pasangan jaguar jantan (Panthera onca) yang langka hidup berdampingan hingga tujuh tahun. Kucing besar kemungkinan membentuk aliansi yang tidak biasa ini karena pasangan betina potensial menjadi lebih terkonsentrasi secara geografis, sehingga memaksa untuk berbagi wilayah di antara dua pejantan.
“Temuan baru ini menunjukkan bahwa, jaguar jantan liar dapat berkolaborasi untuk mendapatkan akses lebih besar ke mangsa, pasangan, dan wilayah. Bahkan mereka membentuk aliansi jangka panjang dengan pesaingnya,” kata Allison Devlin, seorang ahli ekologi kucing besar dan Deputy Director of the Jaguar Program at the Big-Cat Conservation Organization Panthera dikutip dari laman Live Science, Rabu (14/12/2022).
Para peneliti menganalisis rekaman kamera, data GPS, dan pengamatan di lapangan dari lima studi berbeda di seluruh Amerika Selatan. Mereka menemukan dua aliansi kucing besar jantan ini yang berlangsung setidaknya selama lima tahun. Studi baru ini diterbitkan awal tahun di jurnal Behavioral Ecology and Sociobiology.
Tim peneliti menganalisis lebih dari 7.000 catatan jaguar dan menemukan 105 interaksi antara jantan. Dari interaksi laki-laki ini, 18 dianggap agresif, sembilan dianggap sebagai intoleransi sosial, artinya jantan menjaga jarak satu sama lain tetapi tidak berbenturan.
Sedangkan sebanyak 70 catatan menunjukkan tanda-tanda kerja sama, dan sisanya tidak dikategorikan. Tetapi setelah melihat lebih dekat pada interaksi kooperatif, tim peneliti menyadari bahwa perilaku ini sebagian besar berasal dari dua aliansi jaguar jantan yang berbeda.
Aliansi pertama diamati di wilayah Brasil di Pantanal, ekosistem lahan basah yang luas yang membentang ke Bolivia dan Paraguay. Aliansi ini dimulai pada 2006 dan berakhir pada 2014 ketika salah satu jaguar kemungkinan besar terbunuh.
“Mereka berpatroli di wilayah yang sama, berkomunikasi secara vokal satu sama lain, beristirahat berdampingan dan pada satu kesempatan bahkan makan bersama,” kata Devlin.
Aliansi kedua terlihat antara 2013 dan 2018 di Los Llanos, wilayah datar yang mencakup sekitar seperempat Venezuela. Anehnya, kedua jaguar ini berhasil kawin dengan banyak betina yang ditemui.
Awalnya, tim peneliti menduga aliansi itu terbentuk untuk kerja sama dalam berburu mangsa. Namun, di habitat mereka terdapat banyak mangsa, seperti capybaras, tapir, caiman, kura-kura, dan ternak domestik.
Selain itu, dalam penampakan, tidak satu pun dari keduanya menunjukkan bukti perburuan kooperatif. Sebaliknya, para peneliti percaya bahwa aliansi itu adalah respons terhadap semakin tingginya konsentrasi betina yang tersedia.
Dalam kedua kasus tersebut, wilayah geografis jaguar betina telah menurun akibat perusakan habitat dan perburuan, yang berarti jumlah jaguar betina semakin sedikit. Tim peneliti menduga bahwa jaguar jantan bekerja sama untuk memisahkan calon pasangan di antara mereka daripada berrisiko kehilangan wilayah oleh pejantan lain.
Tim peneliti mengakui bahwa studi multi-generasi lebih lanjut diperlukan untuk menunjukkan apakah ada manfaat evolusioner dari perilaku yang baru diamati. “Kehidupan rahasia jaguar lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya," kata Devlin.
Jaguar jantan selama ini dikenal sebagai makhluk soliter yang menghabiskan sebagian besar hidupnya mengembara sendirian di alam liar. Mereka hanya berpapasan dengan jaguar lain untuk kawin dengan betina atau untuk mempertahankan wilayah dari saingan.
Para peneliti di Amerika Selatan telah mengamati dua contoh aliansi yang belum pernah terlihat sebelumnya antara dua jaguar jantan. Bahkan aliansi dua jaguar jantan yang berlangsung selama bertahun-tahun juga berlaku untuk mencari pasangan.
Para peneliti telah menemukan bukti pasangan jaguar jantan (Panthera onca) yang langka hidup berdampingan hingga tujuh tahun. Kucing besar kemungkinan membentuk aliansi yang tidak biasa ini karena pasangan betina potensial menjadi lebih terkonsentrasi secara geografis, sehingga memaksa untuk berbagi wilayah di antara dua pejantan.
“Temuan baru ini menunjukkan bahwa, jaguar jantan liar dapat berkolaborasi untuk mendapatkan akses lebih besar ke mangsa, pasangan, dan wilayah. Bahkan mereka membentuk aliansi jangka panjang dengan pesaingnya,” kata Allison Devlin, seorang ahli ekologi kucing besar dan Deputy Director of the Jaguar Program at the Big-Cat Conservation Organization Panthera dikutip dari laman Live Science, Rabu (14/12/2022).
Para peneliti menganalisis rekaman kamera, data GPS, dan pengamatan di lapangan dari lima studi berbeda di seluruh Amerika Selatan. Mereka menemukan dua aliansi kucing besar jantan ini yang berlangsung setidaknya selama lima tahun. Studi baru ini diterbitkan awal tahun di jurnal Behavioral Ecology and Sociobiology.
Tim peneliti menganalisis lebih dari 7.000 catatan jaguar dan menemukan 105 interaksi antara jantan. Dari interaksi laki-laki ini, 18 dianggap agresif, sembilan dianggap sebagai intoleransi sosial, artinya jantan menjaga jarak satu sama lain tetapi tidak berbenturan.
Sedangkan sebanyak 70 catatan menunjukkan tanda-tanda kerja sama, dan sisanya tidak dikategorikan. Tetapi setelah melihat lebih dekat pada interaksi kooperatif, tim peneliti menyadari bahwa perilaku ini sebagian besar berasal dari dua aliansi jaguar jantan yang berbeda.
Aliansi pertama diamati di wilayah Brasil di Pantanal, ekosistem lahan basah yang luas yang membentang ke Bolivia dan Paraguay. Aliansi ini dimulai pada 2006 dan berakhir pada 2014 ketika salah satu jaguar kemungkinan besar terbunuh.
“Mereka berpatroli di wilayah yang sama, berkomunikasi secara vokal satu sama lain, beristirahat berdampingan dan pada satu kesempatan bahkan makan bersama,” kata Devlin.
Aliansi kedua terlihat antara 2013 dan 2018 di Los Llanos, wilayah datar yang mencakup sekitar seperempat Venezuela. Anehnya, kedua jaguar ini berhasil kawin dengan banyak betina yang ditemui.
Awalnya, tim peneliti menduga aliansi itu terbentuk untuk kerja sama dalam berburu mangsa. Namun, di habitat mereka terdapat banyak mangsa, seperti capybaras, tapir, caiman, kura-kura, dan ternak domestik.
Selain itu, dalam penampakan, tidak satu pun dari keduanya menunjukkan bukti perburuan kooperatif. Sebaliknya, para peneliti percaya bahwa aliansi itu adalah respons terhadap semakin tingginya konsentrasi betina yang tersedia.
Dalam kedua kasus tersebut, wilayah geografis jaguar betina telah menurun akibat perusakan habitat dan perburuan, yang berarti jumlah jaguar betina semakin sedikit. Tim peneliti menduga bahwa jaguar jantan bekerja sama untuk memisahkan calon pasangan di antara mereka daripada berrisiko kehilangan wilayah oleh pejantan lain.
Tim peneliti mengakui bahwa studi multi-generasi lebih lanjut diperlukan untuk menunjukkan apakah ada manfaat evolusioner dari perilaku yang baru diamati. “Kehidupan rahasia jaguar lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya," kata Devlin.
(wib)