Hasil Investigasi Ungkap 2 Teleskop Tercanggih di Dunia Mati Akibat Ulah Hacker
Jum'at, 01 September 2023 - 10:51 WIB
LONDON - Investigasi yang dilakukan National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat mengungkap serangan hacker telah mematikan dua teleskop tercanggih di dunia. Ini mencakup teleskop Gemini Utara di Hawaii dan teleskop Gemini Selatan di Chili.
Seperti dilansir dari Live Science, Jumat (1/8/2023), NFS sebenarnya sudah mendeteksi adanya keanehan di sistem teleskop tersebut sejak 1 Agustus lalu. Setelah dilakukan investigasi mendalam, terkuak bahwa itu karena ulah hacker yang mengakibatkan kerugian bagi komunitas sains.
Serangan ini jelas harus dibayar mahal oleh para ilmuwan, mengingat ilmu pengetahuan adalah bisnis yang mahal, dan fasilitas penelitian astronomi memerlukan anggaran tahunan yang bisa mencapai jutaan. Kerugian bukan hanya dari segi keuangan, tapi juga data yang hilang.
Untuk diketahui, studi astronomi sering kali memerlukan operasi dengan waktu yang tepat, sehingga gangguan seperti ini berpotensi merusak keseluruhan proyek penelitian jika cukup banyak periode pengamatan kritis yang terlewatkan.
NFS menduga bahwa serangan ini adalah salah satu pembobolan ransomware pertama pada fasilitas penelitian sains. Namun menilik kebelakang, peretasan terhadap fasilitas astronomi sendiri sebenarnya bukanlah hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Pada bulan Oktober 2022, misalnya, peretas mengakses Observatorium Array Milimeter Besar Atacama di Chili melalui VPN, sehingga memaksa penutupan selama berbulan-bulan yang mengakibatkan kerugian biaya fasilitas tersebut sekitar USD250.000 per hari.
Sebagai dugaan serangan ransomware, diyakini bahwa tujuan dari intrusi yang sangat canggih ini adalah untuk memeras uang dari konsorsium operator observatorium. Para hacker biasanya akan meminta uang tebusan agar mereka menghentikan aksinya.
Seperti dilansir dari Live Science, Jumat (1/8/2023), NFS sebenarnya sudah mendeteksi adanya keanehan di sistem teleskop tersebut sejak 1 Agustus lalu. Setelah dilakukan investigasi mendalam, terkuak bahwa itu karena ulah hacker yang mengakibatkan kerugian bagi komunitas sains.
Serangan ini jelas harus dibayar mahal oleh para ilmuwan, mengingat ilmu pengetahuan adalah bisnis yang mahal, dan fasilitas penelitian astronomi memerlukan anggaran tahunan yang bisa mencapai jutaan. Kerugian bukan hanya dari segi keuangan, tapi juga data yang hilang.
Untuk diketahui, studi astronomi sering kali memerlukan operasi dengan waktu yang tepat, sehingga gangguan seperti ini berpotensi merusak keseluruhan proyek penelitian jika cukup banyak periode pengamatan kritis yang terlewatkan.
NFS menduga bahwa serangan ini adalah salah satu pembobolan ransomware pertama pada fasilitas penelitian sains. Namun menilik kebelakang, peretasan terhadap fasilitas astronomi sendiri sebenarnya bukanlah hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Pada bulan Oktober 2022, misalnya, peretas mengakses Observatorium Array Milimeter Besar Atacama di Chili melalui VPN, sehingga memaksa penutupan selama berbulan-bulan yang mengakibatkan kerugian biaya fasilitas tersebut sekitar USD250.000 per hari.
Sebagai dugaan serangan ransomware, diyakini bahwa tujuan dari intrusi yang sangat canggih ini adalah untuk memeras uang dari konsorsium operator observatorium. Para hacker biasanya akan meminta uang tebusan agar mereka menghentikan aksinya.
(wbs)
tulis komentar anda