Antibiomania, Efek Samping Langka Antibiotik yang Bikin Berhalusinasi Dapat Bisikan Gaib
Sabtu, 05 Februari 2022 - 08:55 WIB
ANTIBIOMANIA, efek samping yang jarang terjadi setelah mengonsumsi antibiotik , ditandai dengan perubahan suasana hati, menjadi mudah tersinggung, dan mulai berbicara tidak jelas (meracau). Perilaku seperti itu disebut dengan gejala mania, suatu kondisi dengan tingkat energi tinggi yang tidak normal serta pikiran dan perilaku yang tidak menentu.
Istilah Antibiomania diciptakan dalam ulasan tahun 2002 yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Psychopharmacology, yang meneliti studi kasus yang melibatkan mania terkait penggunaan antibiotik. Belum diketahui detail mekanisme interaksi antara antibiotik dan sistem saraf pusat (termasuk otak) sehingga menimbulkan gejala Antibiomania.
Dalam tinjauan studi kasus antibiomania yang diterbitkan pada tahun 2017 di Journal of Affective Disorders, Pascal Sienaert, seorang psikolog dan psikiater di Catholic University of Leuven (KU Leuven) di Belgia, menemukan sejumlah kasus menarik. Ini bagian dari program pemantauan reaksi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA).
Sienaert dan rekan meliput 37 laporan kasus, secara kolektif menggambarkan 47 kasus antibiomania pada pasien berusia 3 tahun. Sedangkan 143 kasus lain yang tidak dipublikasikan didokumentasikan akibat penggunaan obat yang merugikan.
Salah satu kasus Antibiomania terbaru ditemukan pada pria berusia 50 tahun yang mengalami persepsi seolah dunia terbalik setelah menggunakan antibiotik untuk mengobati pneumonia bakteri. Selama dua hari, pria itu mengalami perubahan suasana hati, menjadi mudah tersinggung, dan mulai berbicara dengan tidak jelas.
Setelah diperiksa ke unit psikiatri darurat di Jenewa, pria itu mengatakan kepada psikiater bahwa pada malam setelah mengonsumsi dosis antibiotik pertamanya, dia merasa seperti sedang sekarat. Dia mulai mengalami halusinasi pendengaran bahwa Tuhan sedang berbicara kepadanya dan mengatakan dia telah dipilih untuk misi khusus.
Gejala-gejala ini bisa menjadi indikasi psikosis dan dokter mendiagnosis pria itu dengan antibiomania. "Saya telah melihat, dalam pengalaman saya sendiri, setidaknya tiga kasus, satu dengan episode berulang," kata Sienaert kepada Live Science, Sabtu (5/2/2022).
Sementara pria di Jenewa itu akhirnya tidak membutuhkan antipsikotik, dokter meresepkannya lorazepam, obat yang digunakan untuk mengobati kecemasan dan kejang. Kasus pria tersebut menggambarkan bahwa berbagai jenis antibiotik dapat memicu antibiomania.
Istilah Antibiomania diciptakan dalam ulasan tahun 2002 yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Psychopharmacology, yang meneliti studi kasus yang melibatkan mania terkait penggunaan antibiotik. Belum diketahui detail mekanisme interaksi antara antibiotik dan sistem saraf pusat (termasuk otak) sehingga menimbulkan gejala Antibiomania.
Dalam tinjauan studi kasus antibiomania yang diterbitkan pada tahun 2017 di Journal of Affective Disorders, Pascal Sienaert, seorang psikolog dan psikiater di Catholic University of Leuven (KU Leuven) di Belgia, menemukan sejumlah kasus menarik. Ini bagian dari program pemantauan reaksi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA).
Sienaert dan rekan meliput 37 laporan kasus, secara kolektif menggambarkan 47 kasus antibiomania pada pasien berusia 3 tahun. Sedangkan 143 kasus lain yang tidak dipublikasikan didokumentasikan akibat penggunaan obat yang merugikan.
Salah satu kasus Antibiomania terbaru ditemukan pada pria berusia 50 tahun yang mengalami persepsi seolah dunia terbalik setelah menggunakan antibiotik untuk mengobati pneumonia bakteri. Selama dua hari, pria itu mengalami perubahan suasana hati, menjadi mudah tersinggung, dan mulai berbicara dengan tidak jelas.
Setelah diperiksa ke unit psikiatri darurat di Jenewa, pria itu mengatakan kepada psikiater bahwa pada malam setelah mengonsumsi dosis antibiotik pertamanya, dia merasa seperti sedang sekarat. Dia mulai mengalami halusinasi pendengaran bahwa Tuhan sedang berbicara kepadanya dan mengatakan dia telah dipilih untuk misi khusus.
Gejala-gejala ini bisa menjadi indikasi psikosis dan dokter mendiagnosis pria itu dengan antibiomania. "Saya telah melihat, dalam pengalaman saya sendiri, setidaknya tiga kasus, satu dengan episode berulang," kata Sienaert kepada Live Science, Sabtu (5/2/2022).
Sementara pria di Jenewa itu akhirnya tidak membutuhkan antipsikotik, dokter meresepkannya lorazepam, obat yang digunakan untuk mengobati kecemasan dan kejang. Kasus pria tersebut menggambarkan bahwa berbagai jenis antibiotik dapat memicu antibiomania.
tulis komentar anda