Ilmuwan Tegaskan Kutukan Firaun Nyata Terjadi Namun Sulit Dibuktikan

Minggu, 09 April 2023 - 17:22 WIB
loading...
Ilmuwan Tegaskan Kutukan Firaun Nyata Terjadi Namun Sulit Dibuktikan
Mumi Firaun Tutankhamun yang dipercaya menyimpan kutukan. FOTO/ DAILY
A A A
KAIRO - Para ilmuwan meneliti soal kutukan mumi yang melindungi makam Raja Firaun Tutankhamun yang ditemukan pada tahun 1922 menemukan fakta lain.

BACA JUGA - Ilmuwan Berhasil Ungkap Bentuk Wajah Firaun Ramses

Diketahui kalau George Herbert, Earl of Carnarvon kelima di Inggris yang mendanai penggalian itu jatuh sakit dan meninggal tak lama setelah penemuan makam Raja Tutankhamun.

Pada halaman utama surat kabar The Courier Journal edisi 21 Maret 1923 yang diterbitkan di Louisville, Kentucky, memuat headline "Kutukan Firaun 3.000 tahun Terlihat dalam Penyakit Carnarvons".

Kematian Carnarvon langsung tersebar. Dia menderita infeksi yang dilaporkan akibat kecelakaan bercukur ketika memotong bekas gigitan nyamuk.

Laporan itu juga mengabarkan istrinya, Almina Herbert, jatuh sakit tetapi sembuh dan hidup hingga 93 tahun dan meninggal pada tahun 1969.

Tentang kebenaran kutukan mumi itu langsung dipelajari oleh para ilmuwan. Dalam upaya untuk menentukan apakah patogen berumur panjang dapat menyebabkan "kutukan", para ilmuwan menggunakan pemodelan matematika untuk menentukan berapa lama patogen dapat bertahan hidup di dalam makam, menurut makalah yang diterbitkan pada subjek pada tahun 1996 dan 1998 di jurnal Proceedings. dari Royal Society B: Ilmu Biologi.

"Memang, kematian misterius Lord Carnarvon setelah memasuki makam firaun Mesir Tutankhamun berpotensi dijelaskan oleh infeksi patogen yang sangat mematikan dan berumur sangat panjang," tulis Sylvain Gandon dalam artikel jurnal tahun 1998. Gandon adalah seorang peneliti di Universitas Pierre dan Marie Curie di Paris ketika makalah itu diterbitkan.

Namun, publikasi yang lebih baru muncul untuk membantah kemungkinan ini. Analisis bintik-bintik coklat di makam Tutankhamun menemukan bahwa "organisme yang menciptakan bintik-bintik itu tidak aktif," tulis tim peneliti dalam makalah yang diterbitkan pada 2013 di jurnal International Biodeterioration & Biodegradation.

Selain itu, sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Mark Nelson, seorang profesor epidemiologi dan pengobatan pencegahan di Universitas Monash di Australia, tidak menemukan bukti bahwa mereka yang masuk ke dalam makam meninggal pada usia yang sangat muda.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1300 seconds (0.1#10.140)