Bukan Hanya Karbon Dioksida, Ini Ancaman Lain Terhadap Awak Kapal Selam Titan
loading...
A
A
A
LONDON - Ancaman bahaya yang dihadapi awak kapal selam Titan yang tenggelam bukan hanya dari kadar gas beracun karbon dioksida saja. Ancaman nyata yang paling dirasakan adalah tekanan kuat di laut dalam yang bisa menimbulkan risiko fatal.
Dr Nicolai Roterman, seorang ahli ekologi laut dalam di University of Portsmouth, mengatakan bahwa pada kedalaman 3.800 meter atau 12.467 kaki tekanan di laut dalam bisa lebih dari 5.500 pon per inci persegi. Sebagai perbandingan, kekuatan ini sekitar 380 kali lipat tekanan yang dialami orang di permukaan air atau di darat.
“Jika ada sedikit jenis kerusakan lambung (kapal selam), maka penghuninya akan menyerah dalam waktu dekat,” kata Roterman dikutip SINDOnews dari laman Daily Mail, Kamis (22/6/2023). Bagaimana jika lambung kapal selam tetap kuat?
Kondisi ini juga tidak menguntungkan bagi awak yang terjebak dalam lambung kapal selam. Sebab, pada tekanan tinggi di laut dalam, reaksi kimiawi internal tubuh manusia mulai berubah.
Kondisi ini menghasilkan nitrogen, zat kimia bagian dari udara yang dihirup, menjadi lebih larut. Keadaan ini menyebabkan bentuk gas terlarut masuk ke dalam aliran darah tubuh manusia.
Karena jaringan manusia membutuhkan oksigen, bukan nitrogen, untuk bertahan hidup, ketidakseimbangan ini menyebabkan kondisi yang disebut narkosis nitrogen. Keadaan ini membuat tubuh mati lemas secara efektif dari bagian organ dalam ke luar.
Keadaan yang tidak menguntungkan lain, adalah kemungkinan terjadinya hipotermia dengan cepat. Sebab, lingkungan di laut dalam tidak ada cahaya atau hanya sedikit menerima cahaya, sehingga suhu pada kedalaman 12.500 kaki (3,8 Km) sekitar 2 derajat Celcius.
Padahal, pada manusia, kasus hipotermia dapat terjadi dalam air sedingin 4 derajat celcius. Dalam keadaan ini sistem organ tubuh mulai mati sehingga membuat menjadi cepat lelah dan kebingungan.
Seorang veteran Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) Dr Dale Mole menambahkan, terjebak dalam situasi yang semakin menegangkan, para penumpang kapal selam juga cenderung panik. Gejala serangan panik termasuk peningkatan denyut jantung, sesak napas, gemetar, dan ketegangan otot.
Kondisi membuat mereka merasa pusing, mual, mengalami gemetar dan berkeringat. Penumpang mungkin mulai bernapas dengan cepat dan dalam, menyebabkan banyak embusan karbon dioksida dengan sedikit menghirup oksigen.
“Ini semua dapat menyebabkan hiperventilasi, yang dapat membuat Anda merasa seperti akan pingsan. Meskipun membawa persediaan oksigen untuk 96 jam, jangan berpikir kondisi berjalan normal, jadi perlu pertolongan secepat mungkin,” kata Dr Mole.
Dr Nicolai Roterman, seorang ahli ekologi laut dalam di University of Portsmouth, mengatakan bahwa pada kedalaman 3.800 meter atau 12.467 kaki tekanan di laut dalam bisa lebih dari 5.500 pon per inci persegi. Sebagai perbandingan, kekuatan ini sekitar 380 kali lipat tekanan yang dialami orang di permukaan air atau di darat.
“Jika ada sedikit jenis kerusakan lambung (kapal selam), maka penghuninya akan menyerah dalam waktu dekat,” kata Roterman dikutip SINDOnews dari laman Daily Mail, Kamis (22/6/2023). Bagaimana jika lambung kapal selam tetap kuat?
Kondisi ini juga tidak menguntungkan bagi awak yang terjebak dalam lambung kapal selam. Sebab, pada tekanan tinggi di laut dalam, reaksi kimiawi internal tubuh manusia mulai berubah.
Kondisi ini menghasilkan nitrogen, zat kimia bagian dari udara yang dihirup, menjadi lebih larut. Keadaan ini menyebabkan bentuk gas terlarut masuk ke dalam aliran darah tubuh manusia.
Karena jaringan manusia membutuhkan oksigen, bukan nitrogen, untuk bertahan hidup, ketidakseimbangan ini menyebabkan kondisi yang disebut narkosis nitrogen. Keadaan ini membuat tubuh mati lemas secara efektif dari bagian organ dalam ke luar.
Keadaan yang tidak menguntungkan lain, adalah kemungkinan terjadinya hipotermia dengan cepat. Sebab, lingkungan di laut dalam tidak ada cahaya atau hanya sedikit menerima cahaya, sehingga suhu pada kedalaman 12.500 kaki (3,8 Km) sekitar 2 derajat Celcius.
Padahal, pada manusia, kasus hipotermia dapat terjadi dalam air sedingin 4 derajat celcius. Dalam keadaan ini sistem organ tubuh mulai mati sehingga membuat menjadi cepat lelah dan kebingungan.
Seorang veteran Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) Dr Dale Mole menambahkan, terjebak dalam situasi yang semakin menegangkan, para penumpang kapal selam juga cenderung panik. Gejala serangan panik termasuk peningkatan denyut jantung, sesak napas, gemetar, dan ketegangan otot.
Kondisi membuat mereka merasa pusing, mual, mengalami gemetar dan berkeringat. Penumpang mungkin mulai bernapas dengan cepat dan dalam, menyebabkan banyak embusan karbon dioksida dengan sedikit menghirup oksigen.
“Ini semua dapat menyebabkan hiperventilasi, yang dapat membuat Anda merasa seperti akan pingsan. Meskipun membawa persediaan oksigen untuk 96 jam, jangan berpikir kondisi berjalan normal, jadi perlu pertolongan secepat mungkin,” kata Dr Mole.
(wib)