Begini Reaksi Tubuh Ketika Tenggelam di Laut Dalam, Gas Karbon Dioksida Jadi Musuh Utama

Kamis, 22 Juni 2023 - 15:47 WIB
loading...
Begini Reaksi Tubuh Ketika Tenggelam di Laut Dalam, Gas Karbon Dioksida Jadi Musuh Utama
Pencarian kapal selam Titan yang membawa 5 awak masih terus dilakukan sejak dinyatakan hilang di Samudra Atlantik pada Minggu 18 Juni 2023. Foto/DailyMail
A A A
LONDON - Pencarian kapal selam Titan yang membawa 5 awak masih terus dilakukan sejak dinyatakan hilang di Samudra Atlantik pada Minggu 18 Juni 2023. Bagaimana kondisi 5 awak kapal selam Titan, mengingat pasokan oksigen untuk bertahan selama 4 hari atau 96 jam terus menipis?

Kapal selam Titan dengan 5 awaknya memulai ekspedisi ke situs bangkai kapal Titanic yang tenggelam di dasar Samudra Atlantik pukul 08.00 waktu setempat. Sekitar 1 jam 45 menit setelah menyelam, atau tepat pukul 9.45 menit, Titan dinyatakan hilang kontak di lokasi sekitar 400 mil (643,7 Km) tenggara St John's, Newfoundland, masuk wilayah Kanada.

Pencarian besar-besaran yang dilakukan masih belum menemukan keberadaan kapal selam Titan di Samudra Atlantik. Kondisi ini membuat berbagai spekulasi tentang kondisi kelima awak yang berada dalam kapal selam yang hilang di kedalaman 12.500 kaki sampai 13.000 kaki (3.810 meter hingga 3.962 meter).



Seorang veteran Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) Dr Dale Mole pernah memperingatkan efek kesehatan yang mengerikan karena terperangkap di kapal selam. Dr Mole, mantan direktur pengobatan bawah laut dan kesehatan radiasi untuk Angkatan Laut AS, merinci dalam makalah ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal medis pada 29 Mei 2023.

“Kru yang terperangkap di kapal atau kapal selam yang tenggelam menghadapi banyak tantangan fisiologis, termasuk gas beracun, paparan tekanan ambien yang tinggi, dan hipotermia,” tulis Dr Mole dalam makalahnya yang diterbitkan dalam jurnal Ciottotone's Disaster Medicine.

Berbicara kepada DailyMail.com, Dr Mole mengatakan para penyelamat berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan para penumpang yang terjebak dalam kapal selam. Sebab, para penumpang menghadapi persediaan oksigen yang menipis, gas karbon dioksida beracun yang meningkat, dan penurunan suhu.

“Setiap kali manusia terkurung di ruang kedap udara, kebanyakan orang mungkin memikirkan oksigen. Namun, gas karbon dioksida yang harus menjadi perhatian yang lebih besar. Karbon dioksida itu harus dibuang karena jika tidak maka akan menjadi racun,” ujar Dr Mole.



Dia menjelaskan bahwa gas karbon dioksida yang terus meningkat adalah pembunuh pertama orang yang berada di lingkungan kedap udara. “Jadi bukan tingkat oksigen yang menipis. Kadar karbon dioksida akan menjadi hal yang mengarah pada peristiwa mematikan,” pungkasnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1251 seconds (0.1#10.140)