Celana Mumi Berusia 3.200 Tahun Persis Jeans Modern, Kok Bisa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para arkeolog menemukan mumi di China memakai busana persis celana jeans modern. Cukup mengherankan memang lantaran mumi tersebut berusia 3.200 tahun.
Temuan ini bermula pada awal tahun 1970-an, ketika para arkeolog Tiongkok menemukan sisa-sisa mumi dari sekitar 500 orang yang dimakamkan lebih dari 3 ribu tahun di pemakaman Yanghai di Cekungan Tarim, wilayah luas di barat laut Tiongkok.
Ada satu jenazah yang menarik perhatian para peneliti, bukan hanya karena kondisinya terpelihara dengan baik, namun juga karena pakaiannya masih relatif utuh bahkan setelah sekian lama. Turfan Man, namanya diambil dari kota terdekat di China, memiliki koleksi pakaian cukup lengkap, bahkan jika dibandingkan dengan para Firaun di Mesir .
Menariknya lagi, celana Turfan Man berbentuk dua potongan kaki meruncing yang dihubungkan di bagian atas dengan potongan selangkangan yang memberikan mobilitas tinggi pemakainya. Desainnya persis jeans denim modern. Berusia setidaknya 3.200 tahun, celana Turfan Man diyakini sebagai celana tertua yang pernah ditemukan.
”Sebelumnya orang-orang Eropa dan Asia mengenakan gaun, jubah, tunik, togas, atau seperti yang terlihat pada tubuh Ötzi si Manusia Es yang berusia 5.300 tahun, kombinasi tiga potong cawat dan satu legging,” tulis Science News.
Fesyen adalah aspek penting dalam sejarah manusia, namun asal usul dan maknanya sering kali terabaikan. “Hal ini disebabkan oleh bias kita sendiri. Karena pakaian dipandang sebagai identik dengan kelebihan dan kemewahan,” tulis pakar kostum Olivia Warschaw dalam sebuah artikel tentang filosofi studi mode. Pakaian cenderung dianggap kurang penting dalam skema besar dibandingkan faktor-faktor seperti ekonomi, politik, sains, filsafat, atau seni rupa.
Selain itu, sebagian besar tekstur tidak dapat diawetkan seperti halnya tulang, sehingga sangat sulit bagi para arkeolog untuk membuat gambaran jelas tentang bagaimana tren mode berkembang di dunia kuno.
Kendati demikian, fesyen merupakan budaya universal dan evolusi pakaian memberi tahu banyak hal tentang orang-orang yang memakainya, mulai dari gagasan di balik praktik budaya dan agama hingga pergerakan di berbagai wilayah di dunia.
Menentukan kapan celana Turfan Man dibuat terbukti jauh lebih mudah daripada menentukan cara pembuatannya. Penanggalan karbon dan bentuk analisis lainnya memberi perkiraan usia yang cukup tepat. Namun, tidak mengungkapkan apa pun tentang teknik para pengrajin kuno dalam membuat celana.
Temuan ini bermula pada awal tahun 1970-an, ketika para arkeolog Tiongkok menemukan sisa-sisa mumi dari sekitar 500 orang yang dimakamkan lebih dari 3 ribu tahun di pemakaman Yanghai di Cekungan Tarim, wilayah luas di barat laut Tiongkok.
Ada satu jenazah yang menarik perhatian para peneliti, bukan hanya karena kondisinya terpelihara dengan baik, namun juga karena pakaiannya masih relatif utuh bahkan setelah sekian lama. Turfan Man, namanya diambil dari kota terdekat di China, memiliki koleksi pakaian cukup lengkap, bahkan jika dibandingkan dengan para Firaun di Mesir .
Menariknya lagi, celana Turfan Man berbentuk dua potongan kaki meruncing yang dihubungkan di bagian atas dengan potongan selangkangan yang memberikan mobilitas tinggi pemakainya. Desainnya persis jeans denim modern. Berusia setidaknya 3.200 tahun, celana Turfan Man diyakini sebagai celana tertua yang pernah ditemukan.
”Sebelumnya orang-orang Eropa dan Asia mengenakan gaun, jubah, tunik, togas, atau seperti yang terlihat pada tubuh Ötzi si Manusia Es yang berusia 5.300 tahun, kombinasi tiga potong cawat dan satu legging,” tulis Science News.
Fesyen adalah aspek penting dalam sejarah manusia, namun asal usul dan maknanya sering kali terabaikan. “Hal ini disebabkan oleh bias kita sendiri. Karena pakaian dipandang sebagai identik dengan kelebihan dan kemewahan,” tulis pakar kostum Olivia Warschaw dalam sebuah artikel tentang filosofi studi mode. Pakaian cenderung dianggap kurang penting dalam skema besar dibandingkan faktor-faktor seperti ekonomi, politik, sains, filsafat, atau seni rupa.
Selain itu, sebagian besar tekstur tidak dapat diawetkan seperti halnya tulang, sehingga sangat sulit bagi para arkeolog untuk membuat gambaran jelas tentang bagaimana tren mode berkembang di dunia kuno.
Kendati demikian, fesyen merupakan budaya universal dan evolusi pakaian memberi tahu banyak hal tentang orang-orang yang memakainya, mulai dari gagasan di balik praktik budaya dan agama hingga pergerakan di berbagai wilayah di dunia.
Menentukan kapan celana Turfan Man dibuat terbukti jauh lebih mudah daripada menentukan cara pembuatannya. Penanggalan karbon dan bentuk analisis lainnya memberi perkiraan usia yang cukup tepat. Namun, tidak mengungkapkan apa pun tentang teknik para pengrajin kuno dalam membuat celana.