5 Kiamat Kecil yang Membuat Manusia Nyaris Punah, Salah Satunya dari Indonesia
loading...
A
A
A
Tidak jelas alasannya, namun kelompok manusia di Afrika mulai terpecah, yang kemudian menyebabkan jumlah manusia menurun drastis sekitar 150.000 tahun lalu.
Benua ini sebagian besar merupakan satu-satunya tempat di mana Homo sapiens atau manusia modern, hidup hingga sekitar 50 ribu tahun lalu. Namun skala fase glasial begitu mengancam sehingga beberapa ilmuwan yakin jumlah perkembangbiakan turun hingga hanya 600 individu.
Mereka yang bertahan hidup tampaknya berkembang setelah menetap di tepi laut di tempat yang sekarang disebut Afrika Selatan. Hal ini penting karena daerah tersebut kaya tanaman yang menyimpan energinya di bawah permukaan tanah, serta memiliki perairan yang relatif hangat di dekatnya sehingga memungkinkan kerang untuk berkembang biak.
Kedua faktor ini memberi Homo sapiens makanan yang cukup untuk bertahan hidup dan memungkinkan spesies berevolusi menjadi manusia seperti sekarang ini.
4. Letusan Toba
Manusia jelas tidak bisa bertahan dalam peristiwa pendinginan ekstrem, namun ada ancaman yang sangat berbeda yang hampir memusnahkan manusia lebih dari 70 ribu tahun lalu. Alih-alih zaman es, ini adalah letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah yang hampir mengakhiri keberadaan umat manusia.
Letusan super Toba mengeluarkan sekitar 720 mil kubik (3.000 km kubik) batuan dan abu yang tersebar ke seluruh dunia. Menghalangi sinar matahari dan menciptakan musim dingin vulkanik yang berlangsung setidaknya satu dekade.
Bencana tersebut sedemikian besarnya hingga membunuh sejumlah besar kehidupan hewan dan tumbuhan. Juga menyebabkan populasi manusia hanya tinggal beberapa ribu orang saja.
Diperkirakan populasi yang tersisa hanya terbatas di beberapa bagian Afrika, namun pada tahun 2020 sebuah penelitian menemukan bukti bahwa manusia di India juga selamat dari dampak tersebut. Para peneliti menilai catatan lapisan batuan berusia 80.000 tahun dari situs Dhaba di Lembah Anak Tengah, India utara.
Benua ini sebagian besar merupakan satu-satunya tempat di mana Homo sapiens atau manusia modern, hidup hingga sekitar 50 ribu tahun lalu. Namun skala fase glasial begitu mengancam sehingga beberapa ilmuwan yakin jumlah perkembangbiakan turun hingga hanya 600 individu.
Mereka yang bertahan hidup tampaknya berkembang setelah menetap di tepi laut di tempat yang sekarang disebut Afrika Selatan. Hal ini penting karena daerah tersebut kaya tanaman yang menyimpan energinya di bawah permukaan tanah, serta memiliki perairan yang relatif hangat di dekatnya sehingga memungkinkan kerang untuk berkembang biak.
Kedua faktor ini memberi Homo sapiens makanan yang cukup untuk bertahan hidup dan memungkinkan spesies berevolusi menjadi manusia seperti sekarang ini.
4. Letusan Toba
Manusia jelas tidak bisa bertahan dalam peristiwa pendinginan ekstrem, namun ada ancaman yang sangat berbeda yang hampir memusnahkan manusia lebih dari 70 ribu tahun lalu. Alih-alih zaman es, ini adalah letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah yang hampir mengakhiri keberadaan umat manusia.
Letusan super Toba mengeluarkan sekitar 720 mil kubik (3.000 km kubik) batuan dan abu yang tersebar ke seluruh dunia. Menghalangi sinar matahari dan menciptakan musim dingin vulkanik yang berlangsung setidaknya satu dekade.
Bencana tersebut sedemikian besarnya hingga membunuh sejumlah besar kehidupan hewan dan tumbuhan. Juga menyebabkan populasi manusia hanya tinggal beberapa ribu orang saja.
Diperkirakan populasi yang tersisa hanya terbatas di beberapa bagian Afrika, namun pada tahun 2020 sebuah penelitian menemukan bukti bahwa manusia di India juga selamat dari dampak tersebut. Para peneliti menilai catatan lapisan batuan berusia 80.000 tahun dari situs Dhaba di Lembah Anak Tengah, India utara.