6 Misteri di Dunia yang Berhasil Dipecahkan Ilmuwan, Salah Satunya Menggunakan AI
loading...
A
A
A
Isi perutnya memberikan informasi tentang makanan terakhirnya dan dari mana asalnya. Sementara senjatanya menunjukkan ia adalah orang kidal, dan pakaiannya memberikan gambaran langka tentang apa yang sebenarnya dikenakan orang kuno.
Tetapi analisis DNA baru yang diekstraksi dari panggul Ötzi pada Agustus 2023 mengungkapkan penampilannya tidak sesuai dengan apa yang diduga oleh ilmuwan pada awalnya.
Studi tentang susunan genetiknya menunjukkan Ötzi the Iceman memiliki kulit gelap dan mata gelap dan kemungkinan botak. Penampilan yang direvisi ini berbeda dengan rekonstruksi dari Ötzi yang menggambarkan seorang pria berkulit pucat dengan rambut kepala tebal dan janggut.
Arkeolog seringkali menggali alat tulang dan artefak lainnya dari situs-situs kuno, tetapi tidak mungkin untuk mengetahui dengan pasti siapa yang pernah menggunakannya. Pada awal 2023, ilmuwan mendapatkan DNA manusia kuno dari liontin yang terbuat dari tulang rusa yang ditemukan di Gua Denisova di Siberia. Dengan petunjuk itu, mereka dapat mengungkap pemakainya adalah seorang wanita yang hidup antara 19.000 hingga 25.000 tahun lalu.
Dia termasuk dalam kelompok yang dikenal sebagai Ancient North Eurasians, yang memiliki hubungan genetik dengan orang-orang Amerika pertama. DNA manusia kemungkinan tetap terawet dalam liontin dari tulang rusa karena pori-porinya, dan oleh karena itu lebih mungkin mempertahankan materi genetik yang ada dalam sel-sel kulit, keringat, dan cairan tubuh lainnya.
Belum diketahui mengapa liontin gigi rusa tersebut mengandung sejumlah besar DNA wanita kuno itu “Mungkin liontin itu sangat disukai dan dipakai dekat dengan kulit untuk waktu yang sangat lama,” kata Elena Essel, seorang biolog molekuler di Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusioner di Leipzig, Jerman, yang mengembangkan teknik baru untuk mengekstrak DNA.
Sebanyak 1.100 gulungan dihancurkan menjadi abu selama letusan Vesuvius yang terkenal 2.000 tahun lalu. Pada abad ke-18, beberapa penggali mengambil kembali harta besar itu dari lumpur vulkanik.
Koleksi tersebut, dikenal sebagai Gulungan Herculaneum, merupakan perpustakaan terbesar yang diketahui dari zaman kuno, tetapi isi dokumen yang rapuh itu tetap menjadi misteri sampai seorang mahasiswa ilmu komputer dari University of Nebraska memenangkan kontes ilmiah awal tahun ini.
Dengan bantuan kecerdasan buatan dan pencitraan oleh tomografi komputer, Luke Farritor berhasil mendekripsi kata yang ditulis dalam bahasa Yunani kuno pada salah satu gulungan yang menghitam. Farritor diberikan USD40.000 untuk mendekripsi kata "πορφυρας" atau "porphyras," yang merupakan kata Yunani untuk warna ungu. Para peneliti berharap tidak lama lagi seluruh gulungan dapat diuraikan menggunakan teknik ini.
Dari fragmen-fragmen pot bekas di sebuah bengkel pengawetan jenazah, ilmuwan telah menemukan beberapa zat dan campuran yang digunakan orang Mesir kuno untuk mengawetkan mayat.
Dengan menganalisis kimia residu organik yang tertinggal di wadah, para peneliti menentukan orang Mesir kuno menggunakan berbagai zat untuk mengurapi tubuh setelah kematian, mengurangi bau tidak sedap, dan melindunginya dari jamur, bakteri, dan pembusukan. Bahan yang diidentifikasi termasuk minyak tumbuhan seperti juniper, cypress, dan cedar, serta resin dari pohon pistachio, lemak hewan, dan lilin lebah.
Sementara para sarjana sebelumnya telah mempelajari nama-nama zat yang digunakan untuk mengawetkan mayat dari teks-teks Mesir, mereka - sampai akhir-akhir ini - hanya bisa menebak apa yang sebenarnya dimaksud dengan senyawa dan bahan tersebut. Bahan-bahan yang digunakan di bengkel tersebut bervariasi dan berasal tidak hanya dari Mesir, tetapi juga dari tempat yang jauh , menunjukkan pertukaran barang secara internasional.
Tetapi analisis DNA baru yang diekstraksi dari panggul Ötzi pada Agustus 2023 mengungkapkan penampilannya tidak sesuai dengan apa yang diduga oleh ilmuwan pada awalnya.
Studi tentang susunan genetiknya menunjukkan Ötzi the Iceman memiliki kulit gelap dan mata gelap dan kemungkinan botak. Penampilan yang direvisi ini berbeda dengan rekonstruksi dari Ötzi yang menggambarkan seorang pria berkulit pucat dengan rambut kepala tebal dan janggut.
4. Pemakai liontin berusia 20 ribu tahun
Arkeolog seringkali menggali alat tulang dan artefak lainnya dari situs-situs kuno, tetapi tidak mungkin untuk mengetahui dengan pasti siapa yang pernah menggunakannya. Pada awal 2023, ilmuwan mendapatkan DNA manusia kuno dari liontin yang terbuat dari tulang rusa yang ditemukan di Gua Denisova di Siberia. Dengan petunjuk itu, mereka dapat mengungkap pemakainya adalah seorang wanita yang hidup antara 19.000 hingga 25.000 tahun lalu.
Dia termasuk dalam kelompok yang dikenal sebagai Ancient North Eurasians, yang memiliki hubungan genetik dengan orang-orang Amerika pertama. DNA manusia kemungkinan tetap terawet dalam liontin dari tulang rusa karena pori-porinya, dan oleh karena itu lebih mungkin mempertahankan materi genetik yang ada dalam sel-sel kulit, keringat, dan cairan tubuh lainnya.
Belum diketahui mengapa liontin gigi rusa tersebut mengandung sejumlah besar DNA wanita kuno itu “Mungkin liontin itu sangat disukai dan dipakai dekat dengan kulit untuk waktu yang sangat lama,” kata Elena Essel, seorang biolog molekuler di Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusioner di Leipzig, Jerman, yang mengembangkan teknik baru untuk mengekstrak DNA.
5. Naskah kuno yang rusak diuraikan oleh AI
Sebanyak 1.100 gulungan dihancurkan menjadi abu selama letusan Vesuvius yang terkenal 2.000 tahun lalu. Pada abad ke-18, beberapa penggali mengambil kembali harta besar itu dari lumpur vulkanik.
Koleksi tersebut, dikenal sebagai Gulungan Herculaneum, merupakan perpustakaan terbesar yang diketahui dari zaman kuno, tetapi isi dokumen yang rapuh itu tetap menjadi misteri sampai seorang mahasiswa ilmu komputer dari University of Nebraska memenangkan kontes ilmiah awal tahun ini.
Dengan bantuan kecerdasan buatan dan pencitraan oleh tomografi komputer, Luke Farritor berhasil mendekripsi kata yang ditulis dalam bahasa Yunani kuno pada salah satu gulungan yang menghitam. Farritor diberikan USD40.000 untuk mendekripsi kata "πορφυρας" atau "porphyras," yang merupakan kata Yunani untuk warna ungu. Para peneliti berharap tidak lama lagi seluruh gulungan dapat diuraikan menggunakan teknik ini.
6. Bahan pembuat mumi
Dari fragmen-fragmen pot bekas di sebuah bengkel pengawetan jenazah, ilmuwan telah menemukan beberapa zat dan campuran yang digunakan orang Mesir kuno untuk mengawetkan mayat.
Dengan menganalisis kimia residu organik yang tertinggal di wadah, para peneliti menentukan orang Mesir kuno menggunakan berbagai zat untuk mengurapi tubuh setelah kematian, mengurangi bau tidak sedap, dan melindunginya dari jamur, bakteri, dan pembusukan. Bahan yang diidentifikasi termasuk minyak tumbuhan seperti juniper, cypress, dan cedar, serta resin dari pohon pistachio, lemak hewan, dan lilin lebah.
Sementara para sarjana sebelumnya telah mempelajari nama-nama zat yang digunakan untuk mengawetkan mayat dari teks-teks Mesir, mereka - sampai akhir-akhir ini - hanya bisa menebak apa yang sebenarnya dimaksud dengan senyawa dan bahan tersebut. Bahan-bahan yang digunakan di bengkel tersebut bervariasi dan berasal tidak hanya dari Mesir, tetapi juga dari tempat yang jauh , menunjukkan pertukaran barang secara internasional.