Seperti Apa Bentuk Sidratul Muntaha? Pohon yang Disebut dalam Al Qur'an

Senin, 29 Januari 2024 - 11:31 WIB
loading...
Seperti Apa Bentuk Sidratul...
Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina dan naik ke langit ketujuh. (Foto: SINDOnews)
A A A
JAKARTA - Sidratul muntaha sangat familiar di kalangan umat Islam. Istilah ini termaktub dalam Al Qur'an, mengisahkan perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina dan naik ke langit ketujuh. Lantas seperti apa bentuk sidratul muntaha? pohon yang disebut dalam Al Qur'an tersebut.

Secara harfiah sidratul muntaha adalah pohon bidara. Nama lainnya adalah pohon kehidupan. Mengenai bentuk dan lokasinya hanya Allah SWT yang mengetahui, karena termasuk perkara gaib. Namun atas izin-Nya tidak mustahil bagi seorang makhluk untuk mengetahuinya, seperti Nabi Muhammad SAW.

Mengenai seperti apa bentuk sidratul muntaha, informasi sepenuhnya ada dalam Al Qur’an dan hadits. Dikutip dari NU Online, dalam Al Qur’an informasi tentang sidratulmuntaha disebutkan dalam surat Saba’ ayat 16 dengan makna pohon bidara; surat al-Waqi’ah ayat 28 dengan makna pohon bidara yang tidak berduri; serta surat an-Najm ayat 14 dan 16.

Dalam surat an-Najm ayat 13 disebutkan,“Sungguh, dia (Nabi Muhammad) benar-benar telah melihatnya (Jibril dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu ketika) di Sidratulmuntaha.”

Dari sini dapat diketahui bahwa makhluk yang diizinkan menyaksikan Sidratulmuntaha adalah Nabi Muhammad SAW, sebelum menerima perintah salat lima waktu.



Kemudian, pada surat an-Najm ayat selanjutnya, disebutkan,”Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Nabi Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratulmuntaha dilingkupi oleh sesuatu yang melingkupinya.” Ayat ini di antaranya menjelaskan tentang lokasi sidratul muntaha yang berada dekat surga.

Ibnu Katsir mengutip Imam Ahmad dari Ibnu Mas'ud r.a. sehubungan dengan makna ayat ini: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha.

Bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: Aku melihat Jibril (dalam rupa aslinya), ia memiliki enam ratus sayap, dari bulu-bulu sayapnya bertebaran beraneka warna mutiara dan yaqut.



Ibnu Katsir mengatakan sanad hadis ini jayyid (baik) lagi kuat. Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud ra yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: "Jibril datang kepadaku dengan mengenakan pakaian yang bertaburan penuh dengan mutiara."

Adapun maksud sesuatu yang melingkupi di atas adalah cahaya dijelaskan dalam hadits Nabi SAW: “Ketika dimi’rajkan ke langit, aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha. Kemudian, aku melihat cahaya yang agung. Daun-daun Sidratul Muntaha itu seperti kuping-kuping gajah dan buah-buahnya seperti kendi besar. Di sana ada empat sungai yang dari akarnya keluar dua sungai luar dan dua sungai dalam. Saat itu, aku bertanya, ‘Apa ini, Jibril?’ Ia menjawab, ‘Dua sungai dalam adalah dua sungai di surga, sedangkan dua sungai luar adalah sungai Nil dan Eufrat,’” (HR Ahmad).

Disebutkan, Sidratul Muntaha adalah pohon tempat terakhirnya arwah para syuhada yang senantiasa mendapat karunia Allah. Pohon tersebut berada di atas langit ketujuh, di sebelah kanan ‘Arasy, dengan daun-daun seperti kuping-kuping gajah, buah-buahnya seperti kendi besar, dahan-dahannya berupa mutiara, yaqut, dan, zabarjad. (Tafsir Muqatil bin Sulaiman, juz IV/160).



Beberapa literatur juga menjelaskan Sidratul Muntaha diciptakan Allah SWT untuk menandai akhir hidup makhluk -makhlukNya, daun-daun dari pohon tersebut bertuliskan nama makhluk ciptaan Allah. Jika ada daun yang jatuh menandakan perjalanan makhluk tersebut di dunia sudah selesai.

Setiap daun pohon ini ditempati malaikat yang selalu berzikir pada Allah sehingga Sidratul muntaha layak disebut puncak ketinggian yang diketahui makhluk. Itu pun hanya Rasulullah yang mengetahuinya. Malaikat Jibril pun tidak bisa memasukinya.

Setibanya di Sidratul Muntaha, salam yang terucap dari lisan Rasulullah SAW adalah, “At-tahayiyyatul mubarakatus shalawatu lillah."

Dijawab oleh Allah, “Assalamu alaika ayyuhan-nabiyy warahmatullahi wabarakatuh.” Dijawab lagi oleh Rasulullah saw, “Assalamu ‘alaina wa ‘ala ibadillahis shalihin.” Bacaan inilah yang hingga sekarang menjadi bacaan tahiyat salat. Demikian gambaran seperti apa bentuk sidratul muntaha? pohon yang disebut dalam Al Qur'an.
(msf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1690 seconds (0.1#10.140)