Ilmuwan Temukan Obat Pengganti Kondom dan Vasektomi, tanpa Efek Samping

Sabtu, 24 Februari 2024 - 17:05 WIB
loading...
A A A
Ilmuwan sebelumnya telah mencoba untuk menghentikan produksi sperma dengan langsung menghambat asam retinoat atau reseptornya, tetapi asam ini penting untuk beberapa sistem dalam tubuh, sehingga mengganggunya di seluruh tubuh dapat menyebabkan berbagai efek samping. Inilah alasan mengapa banyak studi dan percobaan sebelumnya gagal menghasilkan obat yang layak. Evans dan rekan-rekannya malah bertanya-tanya apakah mereka dapat mengubah salah satu molekul di bawah asam retinoat untuk menghasilkan efek yang lebih tertuju.

Para peneliti mencermati sekelompok tikus laboratorium yang telah dimodifikasi secara genetik. Protein SMRT telah bermutasi dan tidak dapat lagi berikatan dengan reseptor asam retinoat. Tanpa interaksi SMRT-reseptor asam retinoat ini, tikus tidak dapat menghasilkan sperma matang, tetapi mereka menunjukkan tingkat testosteron dan perilaku berpasangan yang normal, menunjukkan bahwa keinginan mereka untuk kawin tidak terpengaruh.

Untuk melihat apakah mereka dapat mereplikasi hasil genetik ini dengan intervensi farmakologis, para peneliti mengobati tikus normal dengan MS-275, seorang inhibitor HDAC oral dengan status terobosan FDA. Dengan memblokir aktivitas kompleks SMRT-reseptor asam retinoat-HDAC, obat ini berhasil menghentikan produksi sperma tanpa menyebabkan efek samping yang jelas.

Hal luar biasa juga terjadi setelah pengobatan dihentikan. Dalam waktu 60 hari setelah berhenti mengonsumsi obat, kesuburan hewan-hewan itu sepenuhnya pulih, dan semua keturunan selanjutnya berkembang dengan sehat. Para peneliti mengatakan strategi mereka untuk menghambat molekul di bawah asam retinoat penting untuk mencapai reversibilitas ini.

"Pikirkan asam retinoat dan gen yang menghasilkan sperma sebagai dua penari dalam waltz. Ritme dan langkah-langkah mereka perlu disinkronkan satu sama lain agar tarian itu berfungsi," kata para peneliti.

Para penulis mengatakan obat tidak merusak sel punca sperma atau integritas genomik. Ketika obat tersebut ada, sel punca sperma hanya terus beregenerasi sebagai sel punca, dan ketika obat tersebut kemudian dihapus, sel dapat mendapatkan kembali kemampuan mereka untuk diferensiasi menjadi sperma matang.

"Kami tidak selalu mencari untuk mengembangkan kontrasepsi pria ketika kami menemukan SMRT dan menghasilkan garis tikus ini, tetapi ketika kami melihat bahwa kesuburan mereka terganggu, kami dapat mengikuti sains dan menemukan terapi potensial," kata Suk-Hyun Hong, seorang peneliti staf di laboratorium Evans.
(msf)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2129 seconds (0.1#10.140)