Dipakai Ukraina dan Houthi, Senjata Kecil Ini Membuat Panik Rusia dan AS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Drone laut belakangan sukses menarik perhatian setelah berhasil menenggelamkan kapal-kapal perang Rusia di Laut Hitam serta membuat repot Amerika di Laut Merah. Ukuran kendaraan tak berawak ini memang relatif kecil tapi muatannya penuh bahan peledak.
Drone laut canggih dan mematikan yang dikerahkan oleh Ukraina dalam perang melawan Rusia telah membuka babak baru pertarungan. Ukraina mengklaim sebagai negara pertama yang membentuk unit khusus untuk memproduksinya.
Houthi yang berbasis di Yaman juga telah mengerahkan kapal tak berawak sebagai perahu drone bunuh diri yang meledak saat menghantam kapal-kapal di Laut Merah.
Kapal tak berawak atau drone laut telah memiliki berbagai aplikasi selama bertahun-tahun. Perangkat ini telah digunakan untuk penelitian ilmiah, operasi pencarian dan penyelamatan, pengawasan, dan patroli pantai. Ukraina memodifikasinya dan memuatinya dengan bahan peledak. Kapal ramping ini melaju kencang di permukaan air, meninggalkan jejak buih putih, dan memiliki sinyal radar rendah yang membuatnya sulit dideteksi.
Dilansir dari 9News, Rabu (6/3/2024), drone laut Magura V5 yang digunakan Ukraina di Laut Hitam memiliki panjang 5,5 meter, berat hingga 1.000 kilogram, jangkauan hingga 800 kilometer, daya tahan baterai 60 jam, dan muatan 200 kilogram.
Drone lain yang lebih besar dari Magura, bernama Sea Baby, mampu membawa 850 kilogram bahan peledak, mencapai kecepatan tertinggi 90 km/jam, dan dapat menempuh jarak 1000 kilometer.
Drone laut digunakan untuk menargetkan pengiriman dan infrastruktur Rusia di Laut Hitam, yang memiliki garis pantai Rusia dan Ukraina. Ukraina mengatakan drone tersebut telah menenggelamkan dan merusak kapal-kapal Rusia di sana.
Pejabat Kyiv mengatakan sekitar 20 persen serangan rudal Rusia ke Ukraina diluncurkan dari Laut Hitam. Mereka mengatakan armada Ukraina kehilangan 80 persen kapalnya setelah pendudukan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.
Drone Angkatan Laut Ukraina pertama kali menyerang kapal Rusia pada Oktober 2022 ketika menghantam kapal yang berlabuh di lepas pantai Krimea yang diduduki.
Juli lalu, Rusia mengatakan dua drone maritim Ukraina menghantam Jembatan Kerch, rute suplai utama yang menghubungkan Rusia ke Krimea, memaksa penutupan sementara. Laporan yang belum dikonfirmasi mengatakan drone Sea Baby digunakan dalam serangan itu. Bulan berikutnya, drone laut Ukraina menyerang pelabuhan Rusia dan merusak kapal perang, kata para pejabat.
Drone laut canggih dan mematikan yang dikerahkan oleh Ukraina dalam perang melawan Rusia telah membuka babak baru pertarungan. Ukraina mengklaim sebagai negara pertama yang membentuk unit khusus untuk memproduksinya.
Houthi yang berbasis di Yaman juga telah mengerahkan kapal tak berawak sebagai perahu drone bunuh diri yang meledak saat menghantam kapal-kapal di Laut Merah.
Apa itu drone laut?
Kapal tak berawak atau drone laut telah memiliki berbagai aplikasi selama bertahun-tahun. Perangkat ini telah digunakan untuk penelitian ilmiah, operasi pencarian dan penyelamatan, pengawasan, dan patroli pantai. Ukraina memodifikasinya dan memuatinya dengan bahan peledak. Kapal ramping ini melaju kencang di permukaan air, meninggalkan jejak buih putih, dan memiliki sinyal radar rendah yang membuatnya sulit dideteksi.
Dilengkapi GPS dan kamera canggih
Dilansir dari 9News, Rabu (6/3/2024), drone laut Magura V5 yang digunakan Ukraina di Laut Hitam memiliki panjang 5,5 meter, berat hingga 1.000 kilogram, jangkauan hingga 800 kilometer, daya tahan baterai 60 jam, dan muatan 200 kilogram.
Drone lain yang lebih besar dari Magura, bernama Sea Baby, mampu membawa 850 kilogram bahan peledak, mencapai kecepatan tertinggi 90 km/jam, dan dapat menempuh jarak 1000 kilometer.
Drone laut digunakan untuk menargetkan pengiriman dan infrastruktur Rusia di Laut Hitam, yang memiliki garis pantai Rusia dan Ukraina. Ukraina mengatakan drone tersebut telah menenggelamkan dan merusak kapal-kapal Rusia di sana.
Pejabat Kyiv mengatakan sekitar 20 persen serangan rudal Rusia ke Ukraina diluncurkan dari Laut Hitam. Mereka mengatakan armada Ukraina kehilangan 80 persen kapalnya setelah pendudukan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.
Drone Angkatan Laut Ukraina pertama kali menyerang kapal Rusia pada Oktober 2022 ketika menghantam kapal yang berlabuh di lepas pantai Krimea yang diduduki.
Juli lalu, Rusia mengatakan dua drone maritim Ukraina menghantam Jembatan Kerch, rute suplai utama yang menghubungkan Rusia ke Krimea, memaksa penutupan sementara. Laporan yang belum dikonfirmasi mengatakan drone Sea Baby digunakan dalam serangan itu. Bulan berikutnya, drone laut Ukraina menyerang pelabuhan Rusia dan merusak kapal perang, kata para pejabat.