Inovasi Bank Pakan, Daya Tarik Kaum Milenial Beternak Domba di Mojokerto
loading...
A
A
A
MOJOKERTO - Menjadi peternak tidak banyak menjadi impian kaum milenial . Sebuah inovasi peternakan berupa bank pakan justru kini menjadi daya tarik karena kepraktisannya.
Pilihan menjadi peternak baru kini tengah dijajal oleh warga Beratkulon, Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Mohammad Tajuddin. Sekira 13 domba menjadi peliharaannya sejak beberapa bulan terakhir.
Generasi milenial yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 jamaknya memilih sektor formal, seperti perkantoran atau pabrik untuk berkarya.
Beragam alasan melatarbelakangi mulai dari gengsi, harus bergulat dengan kotoran hingga masa depan kurang menjanjikan di sektor pertanian dan peternakan. Sebagian yang masih menganggur memilih menjadi bangsawan alias bangsane tangi awan.
Ihwal perubahan pola hidup serta ketertarikan pria kelahiran 1984 itu beternak domba bermula dari hobi traveling-nya. Di beberapa tempat yang disinggahi dia melihat peternakan domba dan mulai tertarik menggali informasi seputar domba.
Bak gayung bersambut, koleganya di kantor pemerintahan desa Beratkulon, H. Mulyadi mengajaknya belajar lebih jauh tentang seluk beluk peternakan domba ke sentra-sentra peternakan di daerah Kediri. Sang kepala desa itu akhirnya lebih dulu memutuskan untuk terjun menjadi peternak domba.
Salah satu pertimbangan utama memutuskan terjun ke usaha peternakan domba karena sistem bank pakan yang sangat memudahkan perawatan ternak. Kades Mulyadi yang sejak kecil berprofesi sebagai petani sudah sangat familiar dengan dunia peternakan, terutama kambing.
Lantaran itu istilah ngarit alias mencari rumput sudah melekat dalam hidupnya. Melekat lantaran capeknya luar biasa, harus berjibaku berburu rerumputan dan daun-daunan yang harus disajikan tiap hari pagi dan sore ke kambing-kambing peliharaannya.
Namun, untuk domba ternyata rumus ngarit bisa ditinggalkan. Dengan sistem bank pakan, ketersediaan pakan untuk ternak bisa ditabung untuk periode tertentu, misal satu bulan, disimpan dalam drum-drum plastik. Alhasil rutinitas harian memberi makan domba menjadi kegiatan ringan dan menyenangkan.
Pilihan menjadi peternak baru kini tengah dijajal oleh warga Beratkulon, Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Mohammad Tajuddin. Sekira 13 domba menjadi peliharaannya sejak beberapa bulan terakhir.
Generasi milenial yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 jamaknya memilih sektor formal, seperti perkantoran atau pabrik untuk berkarya.
Beragam alasan melatarbelakangi mulai dari gengsi, harus bergulat dengan kotoran hingga masa depan kurang menjanjikan di sektor pertanian dan peternakan. Sebagian yang masih menganggur memilih menjadi bangsawan alias bangsane tangi awan.
Ihwal perubahan pola hidup serta ketertarikan pria kelahiran 1984 itu beternak domba bermula dari hobi traveling-nya. Di beberapa tempat yang disinggahi dia melihat peternakan domba dan mulai tertarik menggali informasi seputar domba.
Bak gayung bersambut, koleganya di kantor pemerintahan desa Beratkulon, H. Mulyadi mengajaknya belajar lebih jauh tentang seluk beluk peternakan domba ke sentra-sentra peternakan di daerah Kediri. Sang kepala desa itu akhirnya lebih dulu memutuskan untuk terjun menjadi peternak domba.
Salah satu pertimbangan utama memutuskan terjun ke usaha peternakan domba karena sistem bank pakan yang sangat memudahkan perawatan ternak. Kades Mulyadi yang sejak kecil berprofesi sebagai petani sudah sangat familiar dengan dunia peternakan, terutama kambing.
Lantaran itu istilah ngarit alias mencari rumput sudah melekat dalam hidupnya. Melekat lantaran capeknya luar biasa, harus berjibaku berburu rerumputan dan daun-daunan yang harus disajikan tiap hari pagi dan sore ke kambing-kambing peliharaannya.
Namun, untuk domba ternyata rumus ngarit bisa ditinggalkan. Dengan sistem bank pakan, ketersediaan pakan untuk ternak bisa ditabung untuk periode tertentu, misal satu bulan, disimpan dalam drum-drum plastik. Alhasil rutinitas harian memberi makan domba menjadi kegiatan ringan dan menyenangkan.