Menjawab Kontroversi Efektifitas Masker Melawan Virus Corona dalam Data-data

Selasa, 06 Oktober 2020 - 23:09 WIB
loading...
A A A
Ada pertanyaan tentang kesediaan orang untuk memakainya, atau memakainya dengan benar. Bahkan pertanyaan tentang jenis studi apa yang akan memberikan bukti pasti bahwa masker bekerja sulit untuk dijawab. “Seberapa baik bukti yang dibutuhkan?” tanya Fischhoff.

Pada awal pandemik, para ahli medis tidak memiliki bukti yang baik tentang bagaimana SARS-CoV-2 menyebar. Mereka tidak cukup tahu untuk membuat rekomendasi kesehatan masyarakat yang kuat tentang masker.

Masker standar untuk digunakan dalam pengaturan layanan kesehatan adalah respirator N95, yang dirancang untuk melindungi pemakainya dengan menyaring 95% partikel di udara yang berukuran 0,3 mikrometer (µm) dan lebih besar. Saat pandemi meningkat, persediaan respirator ini dengan cepat berkurang.

Hal itu menimbulkan pertanyaan yang kini diperdebatkan, haruskah masyarakat repot-repot mengenakan masker bedah dasar atau masker kain? Jika ya, dalam kondisi apa? "Itu adalah hal-hal yang biasanya kami (selesaikan) dalam uji klinis," kata Kate Grabowski, ahli epidemiologi penyakit menular di Sekolah Kedokteran Johns Hopkins di Baltimore, Maryland. “Tapi kami tidak punya waktu untuk itu.”

Jadi, para ilmuwan mengandalkan studi observasional dan laboratorium. Ada juga bukti tidak langsung dari penyakit menular lainnya.

Keyakinan pada masker tumbuh pada bulan Juni dengan berita tentang dua penata rambut di Missouri yang dinyatakan positif COVID-91. Keduanya mengenakan penutup wajah dari kapas berlapis ganda atau masker bedah saat bekerja. Dan meskipun mereka menularkan infeksi kepada anggota rumah tangganya, klien mereka tampaknya telah terhindar.

Petunjuk efektivitas lainnya muncul dari pertemuan massal. Pada protes Black Lives Matter di kota-kota AS, sebagian besar hadirin mengenakan masker. Peristiwa tersebut tampaknya tidak memicu lonjakan infeksi, namun virus merajalela pada akhir Juni di sebuah kamp musim panas Georgia, di mana anak-anak yang hadir tidak diharuskan memakai penutup wajah.

Analisis yang lebih teliti menambahkan bukti langsung. Sebuah studi yang di-posting pada awal Agustus menemukan peningkatan mingguan kematian per kapita empat kali lebih rendah di tempat-tempat di mana masker menjadi norma atau direkomendasikan oleh pemerintah dibandingkan wilayah lain. Para peneliti mengamati 200 negara, termasuk Mongolia, yang mengadopsi penggunaan masker pada Januari dan, hingga Mei, tidak mencatat kematian terkait COVID-19.

Studi lain melihat efek dari mandat pemerintah negara bagian AS untuk penggunaan masker pada bulan April dan Mei. Para peneliti memperkirakan itu mengurangi pertumbuhan kasus COVID-19 hingga 2 poin persentase per hari. Mereka dengan hati-hati menyarankan bahwa mandat mungkin telah mencegah sebanyak 450.000 kasus, setelah mengontrol tindakan mitigasi lainnya, seperti jarak fisik.

“Anda tidak perlu terlalu banyak menghitung untuk mengatakan bahwa ini jelas ide yang bagus,” kata Jeremy Howard, ilmuwan peneliti di Universitas San Francisco di California, yang merupakan bagian dari tim yang meninjau bukti penggunaan masker wajah.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2146 seconds (0.1#10.140)