Peneliti Australia Lakukan Studi Emosi Melalui Musik Tanpa Nada dan Suara

Selasa, 01 Desember 2020 - 06:30 WIB
loading...
Peneliti Australia Lakukan...
Partisipan penelitian memiliki anggapan bahwa musik tradisional Jepang, Gagaku, merupakan musik yang menghasilkan emosi yang tenang dan nyaman. Foto / IST
A A A
JAKARTA - Peneliti Australia baru-baru ini melakukan studi yang menarik. Dalam studi yang dipublikasi jurnal PLOS ONE oleh Marco Susino dari Flinder University, diketahui bahwa manusia mengeluarkan emosi melalui lagu meskipun tidak memiliki suara dan nada. (Baca juga : Kiamat Air Tawar di Hawaii Terhindari, Reservoir Air Tawar Raksasa Ditemukan )
Ketertarikan Marco Susino pada musik tanpa suara ini berdasarkan pada fakta bahwa musik memiliki pengaruh yang sangat kuat pada emosi manusia. Musik bisa membuat manusia tertawa, sedih dan bahagia melalui nada-nada yang didengarkan. Dari situ Marco Susino bertanya bagaimana jka musik itu tidak memiliki nada melainkan hanya lirik-lirik serta label genre saja. Apakah masih bisa membangkitkan emosi pada manusia?

"Saya juga bertanya apakah emosi yang keluar dari nada-nada itu bisa sama dengan emosi yang keluar tanpa nada-nadanya terdengar," terang Susino yang juga merupakan lulusan dari sekolah musik Juilliard School, New York, Amerika Serikat.

Untuk menemukan jawaban itu Susino bekerja sama denga Emery Schuber dari University of New South Wales, merekrut 276 orang dewasa dari Australia dan Kuba. Seluruh partisipan diberikan lirik-lirik lagu dari lagu yang ada saat ini. Lirik-lirik itu dilengkapi dengan informasi genre lagu. Diketahui ada 8 genre lagu yang disiapkan Susino yakni musik tradisional Jepang gagaku, Samba Brasil, Heavy Metal, Pop, Hip Hop dan opera.

Partisipan kemudian diberikan waktu untuk membaca lirik tersebut dan kemudian menjawab pertanyaan apa yang merea rasakan. Perlu diketahui, Susino juga melakukan beberapa trik yakni dengan tidak memberikan informasi genre yang sesuai dengan lirik lagu yang tersedia.

Hasilnya ternyata para partisipan justru terdapat perubahan emosi dan respons untuk beberapa genre lagu. MIsalnya ketika genre musik tradisional Jepang gagaku diberikan, emosi yang dihasilkan sangat lembut, sementara ketika merekamembaca samba emosi yang terasa adalah kesenangan dan keceriaan. Begitu juga ketika mereka membaca lirik lagu dengan genre heay metal dan hip hop yang mudah menaikkan rasa marah.

Dari situ Susino menyimpulkan adanya stereotype dan prasangka yang mempengaruhi partisipan. Meskipun musik dan liriknya mengekspresikan hal yang berbeda, partisipan sudah terbawa dengan prasangka. (Baca juga : Tempat Fitness Perlu Berhenti Memiliki Bau Tempat Fitness )
Misalnya pada musik tradisional Jepang gagaku yang dianggap lebih kalem dan magis. Partisipan sudah merasakan hal yang sama meskipun lirik lagu yang sebenarnya berupaya menghasilkan emosi yang berbeda. Hal yang sama terjadi pada genre heavy metal dan hip hop dimana partisipan sudah lebih dulu memiliki stereotipe mengenai kedua genre itu yang sangat akrab dengan kekerasan dan kemarahan.

"Musik selama ini digunakan untuk terapi dan pengenalan psikologi. Namun mengetahu relasi antara perasaan seseorang dengan musik tanpa mengetahui lagu nada-nada musik adalah sesuatu yang mengejutkan. Sepertinya anggapan bahwa musik adalah bahasa universal, tidak ada hubungannya, jika dihubungkan dengan emosi," ucap Susino.
(wsb)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1539 seconds (0.1#10.140)