Mengenal Radar Atmosfer Khatulistiwa yang Kini Berusia 20 Tahun

Minggu, 19 September 2021 - 20:05 WIB
loading...
A A A
EAR dapat mengamati perilaku gelombang gravitasi, generasi turbulensi, dan gerakan angin di troposfer dan stratosfer bawah.

Mengenal Radar Atmosfer Khatulistiwa yang Kini Berusia 20 Tahun

EAR juga mampu mengamati ketidakteraturan ionosfer seperti gelembung plasma di atas ketinggian sekitar 90 km. EAR memulai pengamatan atmosfer khatulistiwa secara terus-menerus sejak Juni 2001.

Salah satu pencapaian utama dari EAR adalah penemuan modulasi gelombang Kelvin di wilayah tropopause oleh Fujiwara dan timnya pada 2003, yang memberikan bukti langsung bahwa percampuran udara stratosfer dan udara troposfer terjadi oleh pemecahan gelombang Kelvin.

Selain itu, pengukuran resolusi tinggi angin dan turbulensi oleh EAR sangat berkontribusi untuk memperjelas mekanisme generasi konveksi deep cumulus yang selanjutnya membangkitkan gelombang gravitasi atmosfer.

Dari pengamatan ionosfer, pengukuran beam-scan pulse-to-pulse antenna oleh EAR mengungkapkan evolusi spasial gelembung plasma ekuator, yang menyebarkan dan mempengaruhi fenomena elektromagnetik di termosfer ekuator.

Saat ini, RISH sedang mempromosikan proyek penelitian besar bernama Study of the coupling processes in the solar-terrestrial system. Salah satu proses dominan energi Matahari adalah radiasi Matahari yang maksimum di daerah khatulistiwa.

Lembaga tersebut akan mempelajari respons terhadap input energi matahari di magnetosfer, ionosfer, atmosfer tengah, dan troposfer.

RISH dan BRIN juga berencana memasang The Equatorial Middle and Upper Atmosphere (EMU) Radar yang bertujuan untuk mempelajari dan menangkap aliran energi dan material yang terjadi di semua rentang ketinggian atmosfer khatulistiwa atau dikenal sebagai air mancur khatulistiwa.

Mengenal Radar Atmosfer Khatulistiwa yang Kini Berusia 20 Tahun

RISH akan memperluas kerja sama internasional pada jaringan observasi berbasis darat dari radar IS/MST dan instrumen lainnya.

Hasil pengamatan akan diarsipkan dalam database, yang akan dibuka secara luas kepada masyarakat internasional dengan memanfaatkan sistem pertukaran metadata yang dinamakan Inter-University Upper Atmosphere Global Observation NETwork (IUGONET).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2178 seconds (0.1#10.140)