Benarkah Matahari Terbit dari Barat Tanda itu Tanda Kiamat, Ini Jawaban NASA

Minggu, 28 November 2021 - 07:00 WIB
loading...
A A A
Namun NASA sama sekali tidak pernah menyebutkan bahwa bumi sudah berputar ke arah yang berlawanan. "Pembalikan yang menyebabkan Bumi berputar ke arah yang berlawanan menyebabkan matahari terbit di barat adalah salah," tegas mereka.

Dia mengatakan NASA dan organisasi ilmiah lainnya terlalu sering dilibatkan menjadi target berita palsu dan klaim sains lainnya. Bahkan menurutnya prediksi hari kiamat yang ditandai dengan matahari terbit dari barat bukan satu-satunya berita palsu yang pernah dialamatkan ke NASA.

"Bumi berputar atau berputar ke arah timur, dan itulah sebabnya matahari, bulan, planet, dan bintang semua terbit di timur dan bergerak ke barat melintasi langit,” tulis NASA.

Lalu pertanyaannya apa yang benar-benar terjadi jia matahari terbit di barat karena bumi berputar searah jarum jam?Berdasarkan simulasi komputer yang dipresentasikan di hadapan European Geosciences Union General Assembly di Austria, banyak peristiwa ilmiah yang bakal terjadi di planet ini.

Dalam simulasi itu terlihat, wilayah Amerika Utara bakal berubah menjadi gurun. Sementara itu, gundukan gundukan pasir kering raksasa akan menggantikan hamparan hutan hujan Amazon di Amerika Selatan.

Kejadian sebaliknya bakal terjadi di Afrika Tengah hingga Timur Tengah. Lanskap hijau pepohonan subur akan berkembang di dataran yang saat ini didominasi gurun pasir itu.

Tak hanya itu, dalam simulasi itu juga terlihat musim dingin yang beku akan melanda Eropa Tengah. Cyanobacteria, kelompok bakteria yang memproduksi oksigen lewat fotosintesis, akan berkembang pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC) atau sistem arus di Samudra Atlantik --yang merupakan komponen penting dari sistem iklim bumi-- akan lenyap. Sebagai gantinya, hal serupa akan muncul di Samudra Pasifik.

"Rotasi Bumi yang berbalik mempertahankan semua karakteristik topogafi seperti ukuran, bentuk, serta posisi benua dan samudra. Namun, menciptakan kondisi yang berbeda sepenuhnya terkait interaksi antara sirkulasi dan topografi," kata Florian Ziemen, penelitiMax Planck Institute for Meteorology, Jerman.

Atau dengan kata lain, rotasi yang berubah arah memungkinkan arus laut dan angin berinteraksi dengan benua (daratan) dengan cara yang berbeda, memicu kondisi iklim baru.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1558 seconds (0.1#10.140)