Benarkah Kura-Kura Bisa Bernapas Melalui Pantat? Begini Penjelasannya

Senin, 01 Agustus 2022 - 15:12 WIB
loading...
A A A
“Untuk kura-kura yang hidup di air yang mengalir deras, pergi ke permukaan untuk bernapas merupakan sedikit masalah karena Anda bisa hanyut. Berada dekat dengan dasar sungai juga memudahkan untuk menghindari predator seperti buaya,” kata Franklin dikutip SINDOnews dari laman Live Science, Senin (1/8/2022).



Ada juga sekitar enam atau tujuh spesies kura-kura air tawar yang berhibernasi di Amerika Utara mampu melakukan respirasi kloaka yang lebih terbatas. Spesies ini, seperti kura-kura Blanding (Emydoidea blandingii), menghabiskan waktu berbulan-bulan terperangkap di bawah lapisan es yang menutupi kolam selama musim dingin.

“Beberapa dari kura-kura ini berada di bawah es selama lebih dari 100 hari tanpa bisa menghirup udara. Sebaliknya, kura-kura ini mengambil oksigen melalui bursae serta dengan berkumur air di tenggorokan, yang dikenal sebagai pemompaan bukal,” kata Jackie Litzgus, ahli ekologi satwa liar di Universitas Laurentian di Ontario, kepada Live Science.
Benarkah Kura-Kura Bisa Bernapas Melalui Pantat? Begini Penjelasannya


Namun, pernapasan kloaka yang ditunjukkan oleh penyu yang berhibernasi jauh lebih kompleks daripada yang bisa dilakukan kura-kura sungai. Alih-alih secara aktif memompa air ke kloaka seperti kerabat mereka di sungai, kura-kura yang berhibernasi mengambil oksigen yang secara pasif berdifusi melintasi kulit di kloaka.

Proses ini lebih seperti respirasi kulit, ketika oksigen berdifusi melalui kulit hewan, yang terjadi pada amfibi, reptil dan, dalam kapasitas terbatas, beberapa mamalia, termasuk manusia. Kura-kra yang berhibernasi lolos dari bentuk pasif respirasi kloaka karena mereka memiliki tingkat metabolisme yang sangat rendah, sehingga membutuhkan lebih sedikit energi dan lebih sedikit oksigen.

Saat mereka berada di bawah es, kura-kura ini tidak banyak bergerak, menjaga suhu tubuh mereka mendekati titik beku dan dapat beralih ke respirasi anaerob. “Ini merupakan upaya terakhir untuk menciptakan energi tanpa oksigen, ketika mereka kekurangan oksigen,” kata Litzgus.
(wib)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2823 seconds (0.1#10.140)