Laku Miliaran, Pistol Napoleon Bonaparte Punya Spesifikasi Istimewa

Kamis, 25 Juli 2024 - 22:00 WIB
Pistol Napoleon Bonaparte dihiasi pola emas dan perak serta ukiran gambar sang penguasa. Foto/Osenat
JAKARTA - Napoleon Bonaparte digambarkan sebagai sosok pemimpin Prancis yang tegas serta gagah di medan perang. Tak ayal, peninggalannya berupa pistol punya spesifikasi istimewa.

"Pistol-pistol tersebut mewakili gambaran kejatuhan penguasa," kata Jean-Pierre Osenat, presiden rumah lelang dilansir dari Smithsonianmag, Kamis (25/7/2024).

Nilai sejarah menjadi keistimewaan pistol Napoleon Bonaparte yang terjual di lelang akhir pekan lalu dengan harga sekitar Rp27 miliar.



Ahli pembuat senjata Paris, Louis-Marin Gosset memang menciptakan kedua pistol Napoleon Bonaparte dengan sentuhan istimewa. Bodinya dihiasi pola emas dan perak, serta ukiran gambar penguasa Prancis tersebut.Keduanya pun disimpan di dalam kotak asli bersama dengan bubuk mesiu dan batang penumbuk.



Sebelum lelang pada 7 Juli 2024, Kementerian Kebudayaan Prancis mengklasifikasikan pistol tersebut sebagai harta nasional. Pemerintah juga mengeluarkan sertifikat larangan ekspor. Artinya pejabat Prancis memiliki waktu 30 bulan untuk mengajukan penawaran kepada pemilik baru pistol tersebut. Selain itu, senjata tersebut hanya diizinkan meninggalkan Prancis untuk sementara waktu.

Setelah Napoleon dipaksa turun tahta pada 1814, ia dilaporkan merencanakan kematian bunuh diri menggunakan pistol tersebut. Namun, rencana itu digagalkan oleh Armand de Caulaincourt, pengawal utama Napoleon, yang membuang bubuk mesiu dari senjata tersebut.

Napoleon kemudian mencoba menelan racun. Tapi, nyawanya masih panjang. Ia pun diasingkan ke pulau Elba di Mediterania yang berakhir dengan memberikan pistol tersebut kepada Caulaincourt. Barang-barang yang pernah dimiliki Napoleon biasanya sangat berharga dan berharga tinggi.



Sebagai seorang perwira militer selama Revolusi Prancis, Napoleon dengan cepat naik ke tampuk kekuasaan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Setelah menahbiskan dirinya sebagai kaisar pada 1804 pada usia 35 tahun, Napoleon memperluas kerajaan Prancis dengan menaklukkan bagian-bagian dari Jerman, Italia, Spanyol, dan Polandia.

Namun, pada 1812, ia memimpin invasi Rusia yang gagal. Kekalahan tersebut memberi keberanian kepada musuh-musuh Napoleon, termasuk Swedia, Inggris, Austria, Prusia, dan Rusia, yang bergabung untuk melawan kaisar. Pada Maret 1814, koalisi telah merebut Paris. Napoleon turun tahta, mencoba bunuh diri, dan dipaksa diasingkan ke Elba. "Setelah kekalahan kampanye Prancis, dia benar-benar depresi," kata Osenat.

Dia melarikan diri pada 1815 dan sempat mencoba kembali berkuasa, tetapi dikalahkan dalam Pertempuran Waterloo. Napoleon sekali lagi diasingkan, kali ini ke pulau St. Helena di Samudera Atlantik Selatan. Ia meninggal karena kanker perut pada tahun 1821.
(msf)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More