Inovasi Hijau, Solusi Problem Petani Jember

Rabu, 07 Agustus 2024 - 11:57 WIB
Ia berharap upaya kolaboratif untuk memperkenalkan teknologi canggih dan praktik pertanian presisi kepada petani kecil di Indonesia semakin masif. Pengembangannya bisa melalui Center of Excellence on Artificial Intelligence (AI) untuk industri pertanian dan laboratorium pertanian presisi dan geoinformatika.

"Dengan cara ini, kita tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas tetapi juga menjaga keberlanjutan sektor pertanian di masa mendatang," ujar Prof. Bayu.

Kolaborasi bisa tercipta antara Kementerian Pertanian, akademisi serta petani yang mencakup beberapa inisiatif utama berfokus pada publikasi ilmiah dan praktik bersama, serta pengembangan dan adaptasi teknologi agar sesuai dengan kondisi khusus petani kecil.

"Pelaku kolaborasi tadi harus berkomitmen untuk mengembangkan teknologi yang dapat diaplikasikan dalam pertanian industri, khususnya bagi petani kecil," ujar Prof Bayu.



Ihwal smart farming seperti yang dilakukan para akademisi UNEJ dan petani dampingan di atas mendapat apresiasi dari Kementan. Seperti yang disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi saat mengunjungi Kebun Cabai Wonosari Farm di Kabupaten Pasuruan, beberapa waktu lalu.

"Intinya Smart farming adalah pertanian cerdas, dilakukan oleh orang yang cerdas, cara yang cerdas dengan mengadopsi teknologi. Dan yang paling penting Petani harus menguasai pasar," ujarnya.

Dilansir dari laman BPPSDMP Kementan, Kebun Cabai Wonosari Farm dikelola oleh Mashuda, petani milenial dengan komoditas cabai yang menerapkan smart farming dengan rumah kaca sederhana, beratap plastik dan bertiang bambu.

Untuk 1 rumah kaca luas 1.000 meter persegi dengan 3.000 populasi tanaman, satu pohon dalam satu tahun dapat menghasilkan 5,23 Kg atau total estimasi produksi 15 Ton, dengan harga cabai yang bervariasi misal Rp25.000 per kilogram didapat hampir Rp400 juta omset satu unit rumah kaca ini.

"Yang saya perhatikan, pertama varietas yang dipilih memang varietas yang tinggi nilai jualnya, dan yang tahan terhadap penyakit, kedua untuk nutrisi dengan mengggunakan irigasi tetes, dan menggunakan tanah yang sebelumnya disuburkan dahulu dengan pupuk kandang, dengan tambahan dolomit. Dengan nutrisi yang optimal maka hasil yang didapat akan maksimal," katanya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More