Mengejutkan! Letusan Gunung Bawah Air Ganggu Komunikasi Radio Luar Angkasa

Selasa, 23 Mei 2023 - 14:50 WIB
loading...
Mengejutkan! Letusan Gunung Bawah Air Ganggu Komunikasi Radio Luar Angkasa
Letusan gunung bawah air ganggu komunikasi radio luar angkasa. Foto: Istimewa
A A A
JAKARTA - Sebuah studi mengungkapkan, letusan gunung berapa bawah air tahun lalu menghasilkan gelombang plasma yang mengganggu komunikasi radio di luar angkasa.

Dilansir dari Space, letusan gunung berapi bawah air itu menyebabkan gangguan satelit dan GPS di bumi.

"Pada bulan Januari 2022, gunung berapi Horna Tonga-Hunga Haapai yang terletak di dekat 169 pulau Kerajaan Tonga, di Pasifik Selatan, meletus dengan ledakan dahsyat," tulis laman itu, dikutip Selasa (23/5/2023).



Ledakan itu menghasilkan awan panas hingga mencapai 35 mil (57 kilometer), dan memicu tsunami sejauh Karibia.

Secara keseluruhan, letusan itu adalah ledakan alami yang paling kuat dalam lebih dari seabad, menyaingi kekuatan bom nuklir AS terbesar.

Penelitian sebelumnya menemukan, gelombang atmosfer dari letusan gunung berapi itu cukup kuat untuk mengganggu ionosfer, salah satu lapisan tertinggi atmosfer bumi, yang membentang dari ketinggian sekitar 50 mil hingga 620 mil (80 hingga 1.000 km).



"Radiasi matahari memberi energi pada molekul dan atom di sana untuk menghasilkan ion bermuatan elektrik yang memberikan lapisan ini," jelasnya.

Para ilmuwan telah lama berspekulasi, bahwa aktivitas gunung berapi dapat mengganggu wilayah f-f-f-region, yang membentang sekitar 90 hingga 500 mil (150 hingga 800 km) dari permukaan Bumi.

F-Region memiliki konsentrasi ion tertinggi di mana saja di atmosfer. Di area khatulistiwa ionosfer, lubang dapat terbentuk yang dapat mengganggu komunikasi satelit dan sinyal GPS.

"Para peneliti telah lama bertanya-tanya apakah letusan gunung berapi dan peristiwa lain di darat dapat menghasilkan apa yang disebut gelembung plasma khatulistiwa," ungkapnya.



Study Atsuki Shinbori, ilmuwan atmosfer di Universitas Nagoya di Jepang, mengatakan para peneliti menggunakan satelit ARASE Jepang untuk mendeteksi gelembung plasma khatulistiwa.

"Setelah gelombang kejut dari letusan Tonga menghantam ionosfer, mereka mendeteksi gelembung plasma khatulistiwa meluas ke ruang di ketinggian setidaknya 2.000 kilometer," jelas Shinbori.

Anehnya, para ilmuwan juga menemukan kenaikan tiba-tiba dalam kepadatan elektron dan peningkatan ketinggian ionosfer hingga beberapa jam sebelum kedatangan awal gelombang kejut ini.
(san)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1553 seconds (0.1#10.140)