Terlalu Banyak Waktu Habis di Medsos? Mungkin Anda Harus Puasa Dopamin

Jum'at, 12 Maret 2021 - 19:05 WIB
Ketika dopamin aktif, kita akan merasa senang dan bahagia. Ini terjadi saat sedang bermain game hingga berselancar internet. Mulai melihat linimasa sosial media, menonton film, mendengarkan musik, bahkan makan makanan favorit. Semua aktivitas itu merilis hormon dopamin.

Yang jadi masalah, ketika kita membiasakan diri dengan kegiatan yang merilis dopamin dalam jumlah banyak, maka menjadi malas atau susah untuk berlama-lama melakukan aktivitas dengan dopamin rendah. Misalnya membaca buku, berolahraga, mengerjakan tugas kantor/kuliah, dan lainnya.

Nah, bagaimana caranya agar tidak terlalu banyak dopamin di otak? Dr. Cameron Sepah, psikolog asal San Fransisco, pertama mengeluarkan istilah puasa dopamin. Ia berpendapat bahwa terlalu banyak melakukan aktivitas yang merilis dopamin dalam jumlah besar seperti media sosial, bisa menyebabkan ketergantungan.



Tujuan puasa dopamin adalahs mengurangi level dopamin di otak. Dan membiasakan otak untuk tetap aktif di level dopamin rendah.

Andai setiap hari Anda terbiasa makan di restoran mewah dengan banyak pilihan, maka akan malas untuk makan nasi bungkus berisi telur dan tempe. Tapi, jika Anda berada di hutan dan tidak ada makanan, maka nasi telur dan tempe menjadi mewah.

Puasa dopamin dilakukan dengan cara mengurangi aktivitas yang memiliki dopamin tinggi. Yang rata-rata di dapat lewat screen time. Ini termasuk scrolling media sosial, menonton YouTube, menonton streaming di Netflix, dan lainnya.



Harapannya dengan menurunkan kadar dopamin, kita jadi lebih tahan lama untuk bisa mengerjakan aktivitas berat atau membosankan (memiliki dopamin rendah), juga, memungkinkan proses pemulihan otak dan tubuh.
(dan)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More