Ilmuwan Dunia Serentak Akui El Nino Telah Datang di Bumi
loading...
A
A
A
LONDON - Fenomena cuaca alam yang dikenal sebagai El Nino telah dimulai di Samudera Pasifik dan berpotensi menyebabkan suhu bumi yang sudah hangat akibat perubahan iklim menjadi lebih hangat.
Ilmuwan Amerika Serikat (AS) mengkonfirmasi bahwa fenomena tersebut telah dimulai dan mengatakan, El Nino dapat menjadikan tahun 2024 sebagai tahun terpanas di dunia. Mereka khawatir pemanasan yang terjadi akan menyebabkan suhu dunia melebihi batas pemanasan 1,5 derajat Celcius.
Negara-negara di dunia mencapai kesepakatan di bawah Perjanjian Paris pada tahun 2015 untuk menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius atau sebanyak mungkin 1,5 derajat Celcius dalam waktu lima tahun dibandingkan dengan masa pra-industri.
Seperti dilansir dari BBC, Sabtu (10/6/2023), suhu global berkisar sekitar 1,1 derajat Celcius di atas rata-rata pada periode 1850 hingga 1900.
Fenomena El Nino juga akan mempengaruhi cuaca dunia. Ini berpotensi menyebabkan kekeringan parah di Australia, sementara lebih banyak hujan turun di AS bagian selatan, selain melemahkan musim monsun di India.
Ilmuwan mengatakan El Nino kali ini diprediksi akan berlanjut hingga musim semi tahun depan dengan efeknya yang semakin surut setelah itu.
“Fenomena ini (El Nino) semakin terasa sekarang. Ada tanda-tanda El Nino dalam perkiraan kami selama beberapa bulan terakhir. Namun, sepertinya itu akan mencapai puncaknya akhir tahun ini dalam hal intensitas," kata Kepala Peramalan Jarak Jauh Kantor Met Inggris, Adam Scaife.
“Kemungkinan besar rekor baru untuk suhu global tahun depan. Tergantung intensitas El Nino di akhir tahun," jelasnya
Fenomena alam tersebut merupakan fase fluktuasi terkuat dalam sistem iklim planet Bumi.
Ilmuwan Amerika Serikat (AS) mengkonfirmasi bahwa fenomena tersebut telah dimulai dan mengatakan, El Nino dapat menjadikan tahun 2024 sebagai tahun terpanas di dunia. Mereka khawatir pemanasan yang terjadi akan menyebabkan suhu dunia melebihi batas pemanasan 1,5 derajat Celcius.
Negara-negara di dunia mencapai kesepakatan di bawah Perjanjian Paris pada tahun 2015 untuk menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius atau sebanyak mungkin 1,5 derajat Celcius dalam waktu lima tahun dibandingkan dengan masa pra-industri.
Seperti dilansir dari BBC, Sabtu (10/6/2023), suhu global berkisar sekitar 1,1 derajat Celcius di atas rata-rata pada periode 1850 hingga 1900.
Fenomena El Nino juga akan mempengaruhi cuaca dunia. Ini berpotensi menyebabkan kekeringan parah di Australia, sementara lebih banyak hujan turun di AS bagian selatan, selain melemahkan musim monsun di India.
Ilmuwan mengatakan El Nino kali ini diprediksi akan berlanjut hingga musim semi tahun depan dengan efeknya yang semakin surut setelah itu.
“Fenomena ini (El Nino) semakin terasa sekarang. Ada tanda-tanda El Nino dalam perkiraan kami selama beberapa bulan terakhir. Namun, sepertinya itu akan mencapai puncaknya akhir tahun ini dalam hal intensitas," kata Kepala Peramalan Jarak Jauh Kantor Met Inggris, Adam Scaife.
“Kemungkinan besar rekor baru untuk suhu global tahun depan. Tergantung intensitas El Nino di akhir tahun," jelasnya
Fenomena alam tersebut merupakan fase fluktuasi terkuat dalam sistem iklim planet Bumi.