Mengenal Teknologi Bioprinting: Penggunaan Organ Buatan untuk Uji Coba Obat

Jum'at, 24 Mei 2024 - 08:32 WIB
loading...
Mengenal Teknologi Bioprinting: Penggunaan Organ Buatan untuk Uji Coba Obat
Teknologi bioprinting mempermudah ilmuwan menguji obat. Tampak Pietradewi Hartrianti, Dekan School of Life Sciences Indonesia. Foto: Sindonews/Devi Pattricia
A A A
JAKARTA - Perkembangan teknologi di era serba digital saat ini turut berdampak pada sektor kesehatan di seluruh dunia. Berbagai alat teknologi kesehatan mulai marak digunakan di berbagai fasilitas kesehatan.

Bahkan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah membuat aturan untuk tidak lagi mewajibkan uji coba produk melalui hewan.

Selain mendukung sustainabilitas, hal ini didukung karena adanya kemunculan teknologi terbaru.

Dekan School of Life Sciences di Indonesia International Institute for Life-Sciences, apt. Pietradewi Hartrianti mengungkap bahwa uji coba produk ataupun obat kini bisa menggunakan organ buatan.

“Organ buatan ini itu nanti tujuannya untuk mempermudah proses penemuan obat gitu. Sekarang itu di Amerika, FDA itu tidak mewajibkan lagi uji dengan hewan apabila memenuhi ketentuan-ketentuan tertentu. Salah satunya dengan menggunakan organ buatan ini gitu,” kata Pietra dalam acara Beauty That Moves: Women in Science, di kawasan Jakarta Selatan, belum lama ini.

Oleh karena itu, lahirlah inovasi teknologi bernama Bioprinting. Sangat jarang peneliti yang menekuni bidang tersebut, tetapi Pietra bertekad untuk menjadi salah satu peneliti perempuan Indonesia yang menekuni tentang bioprinting.

Pemenang program L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2023 itu menjelaskan bioprinting bertujuan untuk membuat organ buatan. Nantinya organ buatan tersebut akan berguna untuk proses penemuan obat.

“Bioprinting di Indonesia sangat jarang. Karena penelitian ini disebutnya organoid. Itu masih sangat-sangat minim. Saya rasa saya termasuk sedikit orang yang mengerjakan, tapi di luar itu sudah banyak sekali,” ujarnya.

Pietra menyatakan bahwa teknologi bioprint mampu membuat penemuan obat untuk suatu penyakit jauh lebih cepat dan efisien.

Sebab, sebelum adanya teknik bioprinting, para peneliti harus melakukan uji coba klinis melalui hewan, manusia, hingga akhirnya layak untuk disebarluaskan.

Bahkan waktu yang diperlukan dalam proses penemuan obat memakan waktu paling cepat 5 tahun lamanya.

“Kita ketemu obat tanpa harus pakai hewan dulu, habis itu dicoba uji klinis ke manusia dulu, sampai obat bisa sampai ke kita. Karena sebenarnya penemuan obat itu, kalaupun obatnya sudah ada sekarang, baru bisa dinikmati oleh pasien tuh paling cepat lima tahun,” jelas Pietra.

“Karena ada proses uji klinik bertahun-tahun itu. Nah, itu yang pengen kita persempit dengan pembuatan organ buatan ini,” sambungnya.

Teknik bioprint ini bisa menciptakan organ buatan mulai dari kulit, usus halus, pankreas, usus besar, dan juga sel kanker. Nantinya organ-organ tersebut menjadi media untuk menguji coba klinis obat-obatan untuk suatu penyakit jadi lebih akurat.



Menurut Pietra, sistem kerja bioprinting jika digambarkan pada kulit yaitu awalnya mesin akan mencetak struktur kulit yang nantinya akan diberikan sel kulit hidup di dalamnya.

“Jadi di dalamnya di tintanya ditambah sel kulit. Makanya dia agak beda sama 3D printing biasa. Karena saya harus pilih material yang sel kulit ini gak mati, bisa hidup, dan bisa jadi kulit gitu,”pungkasPietra.
(dan)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1247 seconds (0.1#10.140)
pixels