Benarkan COVID-19 Mengubah Struktural Otak Manusia? Begini Penjelasan Para Ahli

Selasa, 29 Maret 2022 - 10:45 WIB
loading...
Benarkan COVID-19 Mengubah Struktural Otak Manusia? Begini Penjelasan Para Ahli
Beberapa bagian otak yang berhubungan dengan indera penciuman lebih kecil (daerah merah dan kuning) setelah infeksi SARS-CoV-2. Ditampilkan tiga pandangan yang berbeda dari sisi kiri otak. Foto/ University ff Oxford dan NIH
A A A
PENELITIAN mengaitkan infeksi SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19 dengan daerah otak yang lebih kecil, menarik perhatian banyak orang. Hasil penelitian yang diterbitkan 7 Maret 2022 di Nature, memicu kehebohan karena menimbulkan kekhawatiran tentang COVID-19 yang menyebabkan kerusakan dan penyusutan otak.

Studi ini adalah salah satu penelitian yang pertama melihat perubahan struktural di otak sebelum dan sesudah infeksi SARS-CoV-2. Studi ini dilakukan sangat teliti oleh sekelompok ahli pencitraan otak yang telah melakukan penelitian semacam ini untuk waktu yang sangat lama.

Sebagai bagian dari proyek Biobank Inggris, 785 peserta menjalani dua pemindaian MRI. Di antara pemindaian itu, 401 orang memiliki COVID-19 dan 384 orang tidak. Dengan membandingkan sebelum dan sesudah pemindaian, peneliti dapat melihat perubahan pada orang yang memiliki COVID-19 dan membandingkan perubahan tersebut dengan orang yang tidak terinfeksi.



Setelah serangan COVID-19, rata-rata orang memiliki lebih sedikit materi abu-abu di bagian otak yang membantu menangani indera penciuman. Itu adalah temuan yang menarik, terutama mengingat kemampuan virus untuk mencuri indra penciuman orang, dan yang pasti sangat penting bagi penelitian.

“Tapi itu juga tidak mengejutkan, mengingat otak cenderung untuk berubah. Saya dapat menyebutkan beberapa hal yang mengubah otak, seperti mempelajari hal-hal baru, tidur dan menggunakan smartphone,” tulis Laura Sanders seorang Neuroscience dikutip SINDOnews dari laman sciencenews, Selasa (29/3/2022).

Pada dasarnya, peristiwa dalam hidup kita tercermin dalam ukuran, bentuk, dan perilaku otak yang terus berubah. Tumbuh dewasa adalah salah satu peristiwa yang mengubah otak Anda.



Sebagai balita, memiliki koneksi sel saraf paling banyak di beberapa bagian otak. Koneksi yang berlebihan itu kemudian dipangkas dan disempurnakan.

Pada awal masa remaja, beberapa bagian otak menjadi sangat besar, berdasarkan volume. Setelah itu, bagian-bagian otak menjadi lebih kecil, sebuah tren yang berlanjut seiring bertambahnya usia. Perubahan berlanjut seiring bertambahnya usia.

"Otak itu dinamis. Lebih sedikit (bentuknya kecil) tidak berarti lebih buruk, tentu saja, dan lebih banyak tidak berarti lebih baik," kata ahli saraf Emily Jacobs dari University of California, Santa Barbara.


Benarkan COVID-19 Mengubah Struktural Otak Manusia? Begini Penjelasan Para Ahli


Jadi bagaimana menyikapi hasil penelitian yang menyebutkan COVID-19 berpengaruh pada struktural otak? Apakah perubahan ini berdampak buruk dan sejauh mana efeknya dalam jangka panjang di masa depan.

“Kami cukup terkejut melihat perbedaan yang jelas di otak, bahkan dengan infeksi ringan. Kekhawatirannya adalah kerusakan ini akan bertahan lama dan membuat orang yang terinfeksi lebih rentan terhadap penyakit otak di masa depan,” kata Gwenaëlle Douaud, dari Nuffield Department of Clinical Neurosciences di University of Oxford.

Tetapi perubahan ini, kata Douaud, mungkin tidak bertahan lama. Sebab,otak dapat “mengatur ulang dan menyembuhkan dirinya sendiri sampai batas tertentu, bahkan pada orang yang lebih tua,” catatnya.

Mungkin juga perubahan yang dilihat tim disebabkan oleh kurangnya input bau. Sebab, penelitian lain menunjukkan bahwa hidung tersumbat juga dapat menyebabkan perubahan otak. Beberapa di antaranya mirip dengan yang ditemukan para peneliti dalam studi pemindaian otak baru-baru ini. Mungkin perubahan otak ini akan berbalik ketika indera penciuman kembali.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1496 seconds (0.1#10.140)