Misteri Manusia Super di Himalaya Akhirnya Terpecahkan, Keturunan Yeti?

Kamis, 24 Agustus 2023 - 17:22 WIB
loading...
A A A
Dari hasil risetnya, profesor Chaubey dan tim menemukan fakta populasi di dataran tinggi memiliki hemoglobin yang jauh lebih rendah dan tekanan darah yang lebih tinggi untuk mengatasi iklim ekstrem.

Hemoglobin yang relatif rendah memfasilitasi sirkulasi darah yang efisien pada populasi di dataran tinggi. Hal ini memungkinkan mereka memanfaatkan lebih sedikit oksigen dengan lebih efisien. “Di dataran tinggi, tekanan atmosfer yang rendah memaksa jantung memompa lebih keras untuk mengedarkan oksigen secara efektif,” kata Profesor Chaubey.



Hemoglobin membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Di dataran tinggi, dengan tekanan darah tinggi, hemoglobin yang rendah menyeimbangkan konsentrasi oksigen pada saat dan titik tertentu.

Bagi kebanyakan orang, hal ini dapat menyebabkan hipoksia. Namun, bagi warga Sherpa dan Tibet, tekanan darah tinggi dan hemoglobin rendah mengatasi masalah tersebut.

“Mutasi genetik menjaga tingkat hemoglobin tetap rendah, yang bertindak sebagai pengencer darah alami, dan tekanan tinggi memastikan bahwa ia mencapai setiap sel secara efektif,” Chaubey menjelaskan.

Bandingkan dengan lebih dari 300 pendaki yang, sejak 1953, meninggal dalam perjalanan menuju Gunung Everest, sepertiga di antaranya meninggal karena kekurangan oksigen.

Penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Human Biology ini mencakup suku Sherpa, Lepcha, Gorkha, Tibet, dan Bhutia, yang semuanya telah menjadikan Himalaya sebagai rumah sejak dahulu kala.

“Adaptasi akibat mutasi genom telah memungkinkan mereka memanfaatkan tingkat oksigen atmosfer yang lebih sedikit dan iklim dingin. Namun, bagaimana gen-gen ini memodulasi, fenotipenya masih perlu ditemukan,” kata Chaubey.

Koneksi Yeti
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3263 seconds (0.1#10.140)