Jepang Sesumbar Pesawat SLIM Mendarat Presisi di Bulan meski Terbalik

Jum'at, 26 Januari 2024 - 14:40 WIB
loading...
Jepang Sesumbar Pesawat SLIM Mendarat Presisi di Bulan meski Terbalik
Pesawat Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) Jepang mendarat terbalik di bulan. (Foto: JAXA)
A A A
JAKARTA - Jepang menahbiskan diri sebagai negara kelima yang berhasil mendaratkan wahananya di bulan setelah Rusia, Amerika Serikat, China dan India. Sayangnya, Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) Jepang mendarat terbalik.

Badan Penjelajahan Antariksa Jepang (JAXA) menyatakan SLIM mendarat di permukaan bulan pada 20 Januari 2024. Selain posisinya terbalik, mereka juga mengumumkan ada masalah dengan pembangkit listrik wahana tersebut. Hanya beberapa jam setelah mendarat, JAXA memperkirakan daya akan habis, sebelum akhirnya benar-benar terjadi.

“SLIM mendarat di permukaan bulan sekitar 55 meter ke timur dari lokasi target pendaratan,” tulis JAXA dilansir dari Engadget, Jumat (26/1/2024).

Penyebab kerusakan mesin utama SLIM sedang diselidiki. Masih ada peluang untuk pemulihan karena sel surya yang menyuplai daya pesawat antariksa menghadap ke barat.



Artinya ada peluang pemulihan SLIM jika cukup cahaya matahari mencapai sel surya seiring berjalannya waktu. "Kami sedang mempersiapkan pemulihan," tulis JAXA.

Sebelumnya, perwakilan JAXA mengungkapkan bahwa SLIM melakukan pendaratan yang aneh namun tepat di bulan. Mendarat di bulan memang bukan perkara mudah, banyak misi antariksa yang sudah gagal melakukannya.

Berbicara dalam konferensi pers pada Kamis 25 Januari 2024, ilmuwan JAXA mengatakan bahwa SLIM mendarat dalam jarak dekat dari lokasi mendarat yang dipilih pada 19 Januari 2024, berhasil mencapai misi utamanya untuk membuat pendaratan presisi.



"Kami membuktikan dapat mendarat di mana pun yang diinginkan, bukan di tempat yang kami mampu," kata manajer proyek SLIM, Shinichiro Sakai, dikutip dari Reuters.

"Ini akan menginspirasi lebih banyak orang, terutama misi-misi Jepang, untuk mencoba mendarat di tempat-tempat belum dijelajahi di bulan."

SLIM menandai peningkatan signifikan dalam hal presisi pendaratan dibandingkan dengan penjelajah bulan sebelumnya yang mendarat dalam radius mil bukan meter dari lokasi target. JAXA menyatakan pendaratan ini dapat membantu memvalidasi navigasi berbasis visi yang digunakan oleh SLIM, yang dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk eksplorasi masa depan permukaan bulan.

Sakai menjelaskan pendaratan SLIM yang orientasinya aneh terjadi akibat salah satu dari dua mesin utamanya berhenti selama sekitar 30 detik pada saat mendarat dan pada ketinggian sekitar 50 meter di atas bulan. Kegagalan mesin tersebut, kata dia, karena faktor eksternal yang tidak diungkapkan, dan kamera telah merekam nozzle mesin tersebut tergeletak di permukaan bulan. Tim terus menganalisis penyebab kegagalan ini.

Kegagalan mesin ini menyebabkan SLIM melayang sejauh 55 meter dari lokasi mendarat yang dipilih. Tanpa gangguan tersebut, SLIM dapat mendarat hanya sejauh 3 hingga 4 meter dari wilayah yang dipilih di bulan.



Gambar SORA-Q menunjukkan pergeseran posisi menyebabkan SLIM mendarat di punggungan miring kawah bulan. Kemiringan ini menyebabkan pesawat antariksa berguling ke arah barat hingga mendarat di ujung hidungnya.

Posisi SLIM berarti pesawat antariksa itu belum dapat menggunakan panel surya untuk menghasilkan listrik sampai saat ini, dengan insinyur mematikan baterai SLIM sekitar dua setengah jam setelah mendarat untuk menghemat daya. Ilmuwan JAXA tetap berharap bahwa situasi ini akan berubah saat arah sinar matahari di bulan berubah.

Namun, semua harapan untuk membangkitkan kembali SLIM akan lenyap dengan matahari pada tanggal 1 Februari ketika malam tiba di bulan, membawa suhu sangat dingin. "SLIM tidak dirancang untuk bertahan di malam bulan," kata Sakai.

Minat untuk melakukan pendaratan presisi di bulan semakin meningkat karena beberapa negara berupaya mengirim kru manusia ke permukaan bulan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Mendarat dekat dengan lokasi yang diyakini kaya akan es air dan sumber daya lainnya akan menjadi kunci untuk membentuk keberlanjutan keberadaan manusia di bulan. Amerika Serikat berambisi untuk mendaratkan kru di bulan pada 2026 dengan misi Artemis 3. Sementara China ingin menempatkan wahananya di bulan menjelang akhir dekade ini.
(msf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2750 seconds (0.1#10.140)